Internasional

Industri Parawisata Korea Selatan Terancam, Buntut dari Krisis Politik yang Tak Berujung

Industri Parawisata Korea Selatan Terancam, Buntut dari Krisis Politik yang Tak Berujung
Industri Parawisata Korea Selatan Terancam, Buntut dari Krisis Politik yang Tak Berujung (Image From: Pexels/Ethan Brooke)

PASUNDAN EKSPRES - Industri parawisata Korea Selatan terancam karena krisis politik yang tidak berujung. Dari klinik operasi plastik hingga agen perjalanan dan jaringan hotel, sektor perhotelan Korea Selatan mulai merasakan dampak dari potensi krisis politik berkepanjangan.

Beberapa wisatawan asing telah membatalkan perjalanan mereka setelah insiden darurat militer minggu lalu.

Industri Parawisata Korea Selatan Terancam

Industri perjalanan dan pariwisata Korea Selatan, yang menyumbang 84,7 triliun won (setara $59,1 miliar/Rp942 miliar) pada tahun 2023 atau sekitar 3,8% dari PDB, sebelumnya mampu bertahan dari berbagai tantangan, termasuk pemakzulan presiden pada tahun 2016 dan ketegangan berkala dengan Korea Utara.

Namun, keterlibatan militer dalam krisis politik terbaru menjadi perhatian serius yang dapat mengurangi minat perjalanan wisata dan bisnis ke negara tersebut.

Dilansir Reuters, Wali Kota Seoul, Oh Se-hoon, mengungkapkan kekhawatiran bahwa isu keamanan di Seoul dapat merugikan industri pariwisata yang sedang menuju pemulihan penuh. Jumlah wisatawan asing telah mencapai 97% dari tingkat sebelum pandemi pada Oktober 2024.

Meski aktivitas harian dan kegiatan wisata tetap berjalan normal, protes besar-besaran terus berlangsung setelah Presiden Yoon Suk Yeol mencabut hukum darurat militer pada 4 Desember, hanya enam jam setelah diberlakukan.

Keputusan tersebut muncul setelah parlemen Korea Selatan menolak pemberlakuannya. Para analis mencatat bahwa sistem demokrasi dan mekanisme kontrol institusi Korea Selatan masih berfungsi dengan baik.

Beberapa wisatawan telah membatalkan perjalanan mereka. Namun, kekhawatiran tentang potensi eskalasi situasi membuat sebagian wisatawan menarik diri dari rencana perjalanan mereka, menurut sumber dari sektor perjalanan dan perhotelan.

Grup hotel internasional Accor, yang memiliki merek seperti Fairmont dan Sofitel, melaporkan adanya sedikit peningkatan tingkat pembatalan sejak 3 Desember, yaitu sekitar 5% lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, Asosiasi Start-up Pariwisata Korea mencatat bahwa pemesanan untuk paruh pertama tahun 2025 telah mengalami penurunan ekstrem.

Menurut agen perjalanan inbound, beberapa hotel di Seoul yang sebelumnya penuh kini memiliki kamar kosong akibat pembatalan. Bahkan, beberapa hotel mulai menurunkan tarif kamar dan menawarkan penawaran khusus untuk menarik lebih banyak pemesanan

Tidak hanya sektor perjalanan dan perhotelan, klinik operasi plastik di kawasan elit Gangnam, Seoul, juga mulai merasakan dampaknya. Beberapa pasien asing membatalkan kunjungan mereka setelah insiden hukum darurat militer.

(ipa)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua