PASUNDAN EKSPRES - Menteri Sentris Israel mengundurkan diri dari pemerintahan Netanyahu. Benny Gantz, Menteri Israel, mengumumkan pengunduran dirinya dari pemerintahan darurat yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Minggu, (9/6).
Langkah ini menarik satu-satunya kekuatan sentris dalam koalisi sayap kanan Netanyahu yang sedang menghadapi perang berbulan-bulan di Gaza.
Menteri Sentris Israel Mengundurkan Diri
Mundurnya partai sentris Gantz dari pemerintahan tidak akan secara langsung mengancam pemerintahan Netanyahu. Namun, hal ini tetap dapat membawa dampak yang serius.
Netanyahu sekarang harus bergantung pada kelompok-kelompok garis keras dalam koalisinya, tanpa adanya tanda-tanda penyelesaian perang di Gaza dan kemungkinan eskalasi pertikaian dengan Hizbullah di Lebanon.
Sebulan yang lalu, Gantz memberikan batas waktu kepada Netanyahu hingga tanggal 8 Juni untuk mengembangkan strategi yang jelas terkait situasi di Gaza.
Israel telah melakukan serangan militer yang merusak secara besar-besaran terhadap kelompok militan Hamas di wilayah tersebut.
BACA JUGA: Rusia dan Cina Mendorong AS terkait Rencana Gencatan Senjata di Gaza
BACA JUGA: Sikap Tegas! Cina Blokir Influencer yang Pamer Kekayaan dan Hukum M**i Koruptor
Pada hari Minggu, Gantz mengatakan bahwa politik telah mempengaruhi dan menghambat keputusan-keputusan strategis yang krusial di dalam kabinet Netanyahu.
Gantz mengatakan bahwa menghentikan operasi sementara warga sipil masih ditahan di Gaza dan pasukan masih bertempur di sana adalah keputusan yang menyiksa.
“Netanyahu menghalangi kami untuk maju menuju kemenangan sejati,” kata Gantz dalam sebuah konferensi pers yang disiarkan di televisi, dikutip dari Reuters, Senin (10/6).
“Itulah sebabnya kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini, dengan berat hati namun dengan keyakinan penuh.”
Melalui unggahan di media sosial, Netanyahu menanggapi pernyataan Gantz, mengatakan kepada Gantz bahwa ini bukanlah waktunya untuk meninggalkan medan perang.
Dengan mundurnya Gantz, Netanyahu akan kehilangan dukungan dari blok sentris yang selama ini telah membantu memperluas dukungan bagi pemerintahannya, baik di dalam negeri Israel maupun di luar negeri.
Hal ini terjadi pada saat Israel menghadapi meningkatnya tekanan diplomatik dan dalam negeri selama delapan bulan setelah perang di Gaza.
Walaupun koalisi Netanyahu masih mempertahankan kendali atas 64 dari 120 kursi parlemen, Netanyahu sekarang harus lebih bergantung pada dukungan politik dari partai-partai ultra-nasionalis.
Para pemimpin partai-partai ini telah membuat Washington marah bahkan sebelum perang, dan sejak saat itu mereka telah menyuarakan seruan untuk Israel untuk melakukan pendudukan penuh atas Gaza.
(ipa)