PASUNDAN EKSPRES - Tikus berbulu emas ditemukan kembali di Afrika Selatan. Tikus tanah berbulu emas De Winton tersebut ditemukan oleh peneliti di bukit pasir Afrika Selatan.
Tikus ini merupakan hewan mungil yang selama hampir delapan dekade dianggap telah lenyap dari peradaban, namun kini menunjukkan eksistensinya kembali.
Melansir dari JawaPos, terakhir kali tikus berbulu emas ini ditemukan pada tahun 1937. Saat ditemukan, tikus ini muncul di pantai berpasir di Afrika Selatan, dikelilingi oleh semak belukar.
Dilansir dari Scientificamerican.com, tikus tanah emas menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah tanah. Sehingga keberadaannya sulit jarang terlihat oleh manusia.
Terkadang, beberapa spesies muncul ke permukaan untuk mencari makan serangga pada malam hari.
Bahkan, dalam kebanyakan kasus, satu-satunya tanda aktivitas tikus tanah emas adalah tonjolan di permukaan tanah, menunjukkan adanya terowongan dangkal di bawahnya.
Untuk spesies yang hidup di pasir, seperti tikus tanah berbulu emas De Winton (Cryptochloris wintoni), punggung bukit ini bahkan sulit ditemukan karena terowongan bawah permukaan dapat runtuh di pasir yang lembut.
Tikus tanah berbulu emas De Winton sangat terpengaruh oleh aktivitas penambangan berlian dan mineral di pantai barat Afrika Selatan.
Keberhasilan penemuan ini tak lepas dari penerapan teknik ekstraksi DNA lingkungan (eDNA). Hal ini diperlukan karena tikus tanah ini memiliki kebiasaan berenang di dalam pasir keemasan, membuatnya sulit dijangkau oleh para peneliti.
Para ahli menggunakan analisis 100 sampel tanah untuk mengidentifikasi keberadaan spesies langka ini. Proses ekstraksi DNA, yang tentunya tidak mudah, menuntut keahlian dan teknik yang matang agar menghasilkan hasil positif.
Selain penemuan tikus tanah berbulu emas De Winton yang dianggap hilang, peneliti juga berhasil menemukan dua jenis tikus tanah emas lainnya, yaitu tikus tanah emas Cape dan tikus tanah emas Grant. Keberhasilan penelitian juga membawa penemuan tikus tanah emas Van Zyl, yang kini berstatus terancam punah.
Melalui penemuan ini, diharapkan terbuka jalan besar untuk mendeteksi eDNA dalam upaya melindungi dan mengembalikan spesies yang telah hilang atau yang tengah menghadapi risiko kepunahan. Ini menandai langkah positif dalam upaya konservasi dan penelitian untuk menjaga keanekaragaman hayati.