Kesehatan

Menyorot Penggunaan AED yang Masih Minim dalam Situasi Darurat di Event Olahraga

Menyorot Penggunaan AED yang Masih Minim. (Sumber Gambar: https://my.vanderbilthealth.com/aeds/)

PASUNDAN EKSPRES - Penggunaan AED (Automated External Defibrillator) atau perangkat portable untuk membantu orang yang mengalami henti jantung menjadi sorotan.

Penanganan Medis yang Buruk: Tidak Adanya Penggunaan AED

Tidak adanya penggunaan AED pada kejadian kejang, pingsan, dan berujung meninggal dunianya pebulu tangkis junior asal China yakni Zhang Zhi Jie pada Minggu, 30 Juni 2024 pun menjadi buah bibir di mana-mana.

Banyak yang menyayangkan penanganan medis terhadap pebulu tangkis berusia 17 tahun tersebut.

Selain dari tim media yang terlambat dan terlihat kurang sigap memberikan pertolongan pada Zhang Zhi Jie, tidak terlihat juga prosedur melakukan Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR).

BACA JUGA:BWF Umumkan Daftar Atlet yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Indonesia Ada 6 Wakil

BACA JUGA:RIP Zhang Zhi Jie, Pebulu Tangkis Junior China yang Meninggal Dunia usai Kejang dan Pingsan di Lapangan

Standar Operasional Prosedur BWF

Dalam rekaman yang beredar pula, tidak ada petugas medis atau siapa pun itu yang menggunakan AED (Automated External Defibrillator) padahal alat tersebut sangat krusial dan wajib tersedia di mana pun terutama pada event olahraga yang melibatkan kesehatan dan fisik.

Namun, PP PBSI memberikan pernyataannya melalui Kabid Humas dan Media, Broto Happy, bahwa tim medis sudah bertugas sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) BWF dan Badminton Asia.

SOP atau aturan BWF berupa tenaga medis baru bisa memasuki lapangan ketika mendapatkan izin dari wasit yang memimpin pertandingan.

BACA JUGA:Marcus Gideon Resmi Tinggalkan Dunia Bulu Tangkis Tepat di Hari Ulang Tahunnya yang ke-33

BACA JUGA:Jelang Olimpiade Paris 2024, PBSI Terapkan Karantina Bagi Tim Bulu Tangkis Indonesia

Hal tersebut menjadi perdebatan dan mengundang kemarahan dari para warganet dan tak sedikit yang mendesak untuk segera mengganti atau mengubah peraturan konyol tersebut.

Aturan tersebut diminta untuk diperbaiki menjadi tim medis tak perlu menunggu isyarat atau izin dari referee jika ada situasi yang darurat dan juga demi keselamatan para atlet yang bertanding. 

Selain itu, Dokter Tirta pun ikut mengomentari mengenai kejadiaan nahas ini.

"Evaluasi menyeluruh panitia penyelenggara, tim medis, dan rules BWF," Tulisnya di media sosialnya pada Senin (1/7).

"Mungkin diagnosanya meunrut saya VT/VF. Padahal jika dapat support AED, itu bisa membantu sangat," tambahnya.

 

Semoga kejadian ini bisa menjadi bahan evaluasi BWF terkait SOP yang sudah diterapkan dan juga penggunaan AED (Automated External Defibrillator) yang bisa lebih dipertimbangkan lagi. (pm)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua