Waspada! Ini 8 Tipe Atasan Toxic yang Diam-Diam bikin Kamu Stres Setiap Hari

Waspada! Ini 8 Tipe Atasan Toxic yang Diam-Diam bikin Kamu Stres Setiap Hari (Image From: Pexels/Yan Krukau)
PASUNDAN EKSPRES - Dalam dunia kerja, peran atasan sangat penting dalam membentuk atmosfer dan kultur kerja yang sehat. Seorang pemimpin yang baik tidak hanya mengarahkan, tapi juga membimbing dan mendukung perkembangan karier bawahannya.
Sayangnya, tidak semua orang beruntung mendapatkan atasan seperti itu. Dalam banyak kasus, ada pula atasan yang justru membawa energi negatif ke lingkungan kerja, memperlakukan bawahan dengan tidak adil, bahkan bisa menghancurkan karier seseorang secara perlahan.
Atasan seperti ini dikenal sebagai "toxic boss" atau atasan toksik. Mereka menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan menurunkan semangat kerja tim.
Lebih dari sekadar membuat hari kerja terasa berat, dampaknya bisa merusak kesehatan mental, menurunkan produktivitas, hingga menghalangi perkembangan karier jangka panjang.
BACA JUGA: Makanan Sehat untuk Bantu Meningkatkan Konsentrasi: Langsung bikin Fokus!
Agar kamu lebih waspada dan bisa mengenali tanda-tandanya sejak awal, di sini ada delapan jenis atasan toxic yang perlu kamu ketahui.
Berikut adalah 8 tipe atasan toxic yang harus kamu tahu.
Waspada! Ini 8 Tipe Atasan Toxic yang Bisa Menghancurkan Kariermu
BACA JUGA: 5 Rahasia Sukses Orang Tionghoa yang Bikin Mereka Selalu Unggul
1. Sang Mikro-Manajemen
Atasan yang gemar melakukan mikro-manajemen adalah tipe yang tidak mempercayai kemampuan bawahannya. Ia ingin terlibat dalam setiap detail pekerjaan, mulai dari cara kerja hingga hasil akhir, bahkan pada hal-hal kecil yang seharusnya bisa diserahkan pada tim.
Karyawan yang bekerja dengan atasan seperti ini biasanya merasa dikekang, tidak punya kebebasan untuk berinovasi, dan tertekan karena selalu diawasi.
Kondisi ini tidak hanya menghambat kreativitas, tetapi juga membuatmu kehilangan rasa percaya diri dan kemampuan mengambil keputusan.
Kamu bisa membangun kepercayaan perlahan-lahan dengan menunjukkan konsistensi dalam hasil kerjamu. Jika memungkinkan, diskusikan tentang ruang otonomi yang kamu butuhkan agar bisa bekerja lebih efektif.