Mengapa Moto2 Lebih Membosankan dari MotoGP dan Moto3?

Mengapa Moto2 Lebih Membosankan dari MotoGP dan Moto3?
Mesin Triumph ini dipertahankan seperti versi jalanannya dengan tuning ulang oleh ExternPro, namun regulasi ketat membatasi modifikasi mesin.
Masalah terbesar di Moto2 adalah ketatnya regulasi yang membuat motor sangat seragam, sehingga perbedaan antar rider menjadi tipis.
Semua tim harus mengikuti aturan yang sama, mulai dari mesin, gearbox, hingga ban. Hal ini membuat balapan jadi kurang menarik karena minimnya variasi teknis dan strategi.
Sebagai contoh, ECU dan kontrol elektronik di Moto2 sangat terbatas.
Tim tidak boleh memasang software Traction Control atau Anti Wheelie, hanya Launch Control, Engine Mapping, dan Engine Brake Control yang bisa diutak-atik.
Ini berbeda jauh dengan MotoGP yang memiliki dukungan elektronik yang lebih canggih.
Selain itu, ban yang digunakan di Moto2 adalah kompon keras yang sama dengan balapan Endurance, yang lebih mengutamakan durability ketimbang performa maksimum.
Hal ini membuat rider kesulitan mendapatkan kepercayaan diri dengan ban depan, yang berujung pada balapan yang terlihat membosankan dengan gap antar rider yang jauh.
Regulasi ketat ini memang membuat Moto2 jadi lebih murah dan efisien, tapi juga membuat balapan kurang menarik.
Moto2 diciptakan sebagai penjenjangan calon rider MotoGP, dengan budget yang seefisien mungkin, bukan untuk menjadi kelas yang super kompetitif seperti Moto3.
Jadi, meski Moto2 terbukti membosankan dibanding Moto3, secara data tidak beda jauh dengan MotoGP.
Bedanya, di MotoGP kita punya rider idola masing-masing, sementara di Moto2, mau melihat siapa kalau balapannya seperti touring?
Moto2 diciptakan bukan untuk perang spek full factory racer, tapi sebagai penjenjangan dengan budget efisien.