News

5.222 Hektare Sawah di Subang Kekeringan

sawah gagal panen

SUBANG-Dinas Pertanian Subang mencatat seluas 5.222 hektare sawah mengalami kekeringan.  Sawah seluas itu tersebar di 15 kecamatan. Data tersebut tercatat per tanggal 18 September 2024.

Kabid Tanaman Pangan Sulaeman Sidik S.Tp, M.Si mengatakan Dinas Pertanian Kabupaten Subang telah melakukan monitoring perihal kekeringan sawah.
"Setelah melakukan monitoring ke lapangan secara berkala kurang lebih terdapat 15 kecamatan di Kabupaten Subang yang terdampak kekeringan," ucapnya. 

Dia mengatakan, Dinas Pertanian telah melakukan rapat koordinasi terkait kekeringan. "Kemudian kita juga melakukan rapat dengan PUPR terkait dengan irigasi pembagian partisipasi bersama dengan Komisi Irigasi Kabupaten Subang, serta ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi dengan 15 Kepala UPTD Pertanian di Kabupaten Subang, setelah itu melakukan briefing dengan Pj Bupati Subang," bebernya.

Setelah semua hal tersebut kemudian dilakukan monitoring dan evaluasi di 15 kecamatan di Kabupaten Subang. Ia berharap untuk saat ini para petani agar dapat memanfaatkan sumber air yang masih tersedia untuk menyelamatkan tanaman yang ada. 

"Petani agar bisa memanfaatkan sumber-sumber air yang ada seperti di sungai, embung, DAM parit, dan lain sebagainya untuk penyelamatan tanaman yang sudah ada, bukan tanaman baru, sesuai jadwal dari teman-teman PJT II," ucapnya. 

Sulaeman mengungkapkan, para petani telah menerima bantuan berupa pompa air baik dari Dinas Pertanian maupun pihak lainnya dengan harapan dapat berguna untuk menangani permasalahan ini. 

"Mudah-mudahan bisa memanfaatkan pompa-pompa yang sudah dibagikan, baik bantuan Dinas Pertanian atau dari Kodim 0605 yang kurang lebih di angka 420 unit. Semoga bisa mengatasi permasalahan yang ada di lapangan," ucapnya. 
Namun, dalam penggunaannya terdapat beberapa kendala. Sebab, debit air yang yang ada saat ini sedang menyusut dan tidak bisa memberikan air yang cukup. 
"Terkait sumber air, karena meskipun telah diberikan pompa tidak ada air, sebab debit air menyusut dan curah hujan rendah," ucapnya. 

Adapun kendala lainnya di bagian Subang Utara, yakni air yang dikeluarkan pompa justru payau dan buruk bagi tanaman. 

"Di Subang Utara terutama Pusakanagara dan Pusakajaya, adapun ketika diberi pompa, ketika digunakan yang keluar malah air payau sehingga dapat merusak pertanaman," ucapnya. 

Melihat situasi ini, ia berharap seluruh pihak dapat bahu membahu menangani kekeringan ini agar pertanaman di Kabupaten Subang dapat diselamatkan.
Dalam kesempatan terpisah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Subang terus berupaya mengatasi masalah kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Subang, terutama di daerah Pantura. 

Kepala Pelaksana BPBD Subang, Udin Jazudin mengungkapkan, kekeringan yang terjadi telah berdampak serius, terutama bagi para petani yang mengalami gagal tanam dan gagal panen.

Menurut Udin Jazudin, ada dua jenis dampak kekeringan yang dirasakan oleh petani. “Yang pertama adalah gagal tanam, di mana petani belum terlalu dirugikan karena modal belum dikeluarkan. Namun, dampak terberat adalah gagal panen, di mana petani sudah menanam dan memberikan pupuk, tetapi tanaman mati sebelum masa panen,” jelasnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, BPBD Subang bekerjasama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Perusahaan Jasa Tirta (PJT) dalam upaya penanganan kekeringan. 

Tindakan ini juga dilakukan sesuai dengan instruksi Penjabat (Pj) Bupati Subang agar penanganan kekeringan dilakukan secara cepat dan tepat.

Salah satu langkah konkret yang telah dilakukan adalah dengan meminjam alat pompa air dari BBWS. Alat ini digunakan untuk mengalirkan air ke sawah-sawah yang kekeringan, terutama di Desa Mundusari, Kecamatan Pusakanagara. 

“Pompa air sudah dipasang di lokasi, walaupun ada kendala di bahan bakar, yang membutuhkan sekitar 100 liter BBM non-subsidi per hari,” terangnya.

Selain itu, BPBD juga menerima permintaan dari masyarakat terkait kebutuhan air bersih. “Kami sudah menyiapkan mobil tangki air untuk segera dikirim ke daerah-daerah yang membutuhkan. Saat ini, Kecamatan Legonkulon, Pabuaran, dan Blanakan sudah menerima bantuan air bersih dari kami," ungkapnya.

Udin mengatakan, langkah-langkah tanggap darurat ini diharapkan mampu meminimalkan dampak kekeringan di Subang, khususnya di wilayah Pantura, baik untuk keperluan pertanian maupun kebutuhan air bersih masyarakat.

“BPBD terus memantau situasi dan siap memberikan bantuan lebih lanjut untuk masyarakat yang terdampak kekeringan di Kabupaten Subang,” tutupnya.
Sebelumnya, Pj Bupati Subang Imran meminta kepada para camat untuk memvalidasi data areal yang terd Drampak dari musim kemarau. "Kepada para camat mendata betul dampak dari kemarau ini, terkait kekeringan, kita memiliki areal sawah luas," ungkapnya saat rapat di Kantor Bupati, beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, upaya yang telah dilakukan untuk mensiasati kekeringan belum maksimal, dikarenakan keterbatasan sumber daya air. "Langkah langkah untuk penanganan kekeringan sudah kita lakukan sampaikan kepada masyarakat, tetapi kita tidak maksimal lakukan karena sumber air terbatas," ujarnya.

Ia berharap masyarakat Subang bijak dalam menggunakan air hingga mampu efisien dan efektif sampai musim penghujan tiba. "Sudah sangat disadari bahwa infrastruktur aliran air diperlukan normalisasi dan pembiasaan prilaku sadar kebersihan lingkungan," jelasnya.

Ia berpesan agar para petani saling berkoordinasi memanfaatkan aliran irigasi karena panen akan segera tiba, jngan sampai gagal karena kekeringan melanda.
"Tolong disosialiskakn kepada seluruh petani yang ada di Subang untuk sama-sama menyelamatkan waktu panen," bebernya.

Sementara itu, salah petani asal dari Desa Munjul Kecamatan Pagaden Barat H Andi mengeluhkan pasokan air yang kurang ke sawahnya. Andi yang memiliki sawah 3 hektare biasanya mendapatkan 15 ton beras sekali panen. Namun karena kondisi kekeringan, dia pesimis bisa mencapai 15 ton kembali.(fsh/nsa/ysp)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua