News

Perjuangan Cuseri Kepsek SDN Tresnasetra Subang Bersama Guru Bangun Musala, Sempat Berdebat dengan Warga Sekitar

SUBANG-Kepala Sekolah SDN Tresnasetra, Cuseri SPd bersama para guru di sekolahnya berhasil memperjuangkan pembangunan musala sekolah. Hal tersebut ditandai dengan peresmian bangunan mushola tersebut yang akan dilaksanakan pada Rabu (7/12), esok hari sekaligus dengan acara perayaan Isra Miraj di sekolah tersebut. 

Kisah perjuangan tersebut, diawali dengan permasalahan tanah sekolah yang belum memiliki kejelasan status dan seberapa luas tanah tersebut. Cuseri mengatakan, SDN Tresnasetra memiliki lahan yang terbilang luas, sehingga ketidakjelasan pada status dan luas tanah sempat menjadi polemik sehingga harus berhadapan dengan warga sekitar. 

"Bisa dilihat lingkungan sekolah ini memiliki tanah yang luas, sebelum saya ke sini pun bahkan beberapa titik sempat jadi rebutan warga sekitar," ucapnya. 

"Salah satu contohnya yang bagian depan, dulu masih ditempati warga. Tadinya itu saya tidak tahu status tanah bagaimana dan luas tanahnya berapa. Dari beberapa mantan kepala sekolah yang terdahulu ternyata tidak menyusur, jadi tidak ditindaklanjut. Jadi dulu kalau ada keributan dengan warga cukup ditangani saja," ucapnya. 

Berangkat dari sana, Cuseri bertekad untuk menelusuri hal tersebut demi kejelasan dari status dan luas tanah sekolahnya. 

"Karena saya ingin tahu kejelasannya batas tanah milk sekolah itu dimana. Akhirnya saya telusuri sampai tingkat kabupaten di bagian arsip sertifikat tanah dan ternyata ada sudah terbit tahun 2019," ucapnya. 

"Dari situ kita mengetahui bahwa bagian depan yang ditempati warga itu saya pikir masih tanah sekolah ternyata bukan, jadi ada batasnya," ucapnya. 

Ia menungkapkan, alasan kenapa dirinya melakukan hal tersebut karena pada saat itu warga menempati dan menggunakan tanah di sekitar sekolah. 

"Kalau untuk penghijauan, posyandu, atau sarana lainnya yang bermanfaat tidak apa-apa, tetapi pada saat itu malah menjadi terlihat kumuh dan banyak sampah. Kebetulan waktu itu kita mau ikut Lomba Adiwiyata, dan itu menjadi tantangan buat kami," ucapnya. 

Tantangan tersebut akhirnya mendorong keinginan Cuseri untuk membuat mushola. Hal tersebut dikarenakan kebetulan untuk mengikuti Lomba Adiwiyata dibutuhkan sarana pra sarana yang lengkap tak terkecuali tempat ibadah. 

"Untuk melengkapi sarpras yang ada kebetulan kita belum ada mushola," ucapnya. 

Ia mengatakan, sebetulnya terdapat mesjid yang sebelumnya merupakan tanah milik sekolah, tetapi diminta oleh warga untuk dibangun mesjid dengan perjanjian siswa SDN Tresnasetra diberikan akses untuk ikut kegiatan keagamaan di sana. 

"Tapi yang namanya anak-anak yang sedang aktif-aktifnya membuat warga yang berkegiatan di masjid tersebut menjadi risih, dan merasa terganggu. Sampai akhirnya akses tersebut ditutup," ucapnya. 

Kejadian itu pun membuatnya sedih dan prihatin, tapi meski demikian tidak membuat Cuseri patah semangat. Ia pun masih melihat kesempatan itu lewat tanah yang tersisa yang berasal dari bekas rumah kecil yang sudah tidak berpenghuni. 

"Kebetulan tanah yang sekarang di bangun mushola sekarang itu dulunya dibangun rumah kecil yang diperuntukan untuk seorang nenek sebatang kara yang merupakan inisiatif warga. Ketika nenek tersebut meninggal, rumah tersebut menjadi terlihat dan terlihat kumuh, jadi kami berencana ingin gunakan tanah itu," ucapnya. 

Namun masalah masih terus datang, masih terdapat warga sekitar yang memanfaatkan momen tersebut untuk meminta tanah tersebut untuk dipakai tempat tinggal warga. 

"Saya sudah bilang, kalau untuk sarana umum seperti posyandu, balai musyawarah dan lain-lain tidak apa-apa. Tetapi itu semua kan sudah ada. Bahkan jika lapangan sekolah ini dipergunakan untuk melaksanakan pemotongan hewan kurban pun saya izinkan," ucapnya. 

"Maka dari itu, saya bersikeras untuk mempertahankan tanah tersebut untuk dijadikan mushola, saya bilang itu secara spontan kepada warga," ucapnya. 

Baginya setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, baik formal maupun agama dengan sarana pra sarana yang juga layak. 

Ia pun berbicara dengan Komite Sekolah berkaitan dengan hak tersebut. Lalu diadakanlah rapat bersama dengan orang tua murid untuk meminta dukungan kepada rencana mulia itu. 

"Alhamdulillah responnya baik, dengan adanya kesepakatan dengan orang tua murid untuk menyisihkan uang mereka melalui anak-anak seikhlasnya dengan jumlah anak pada saat itu sekitar 150-an, karena saya juga takut jika harus memungut dengan besaran yang lumayan," ucapnya. 

Uang tersebut dipergunakan untuk membayar tukang yang bekerja, karena selain uang terdapat juga bantuan berupa batu, semen, dan lain sebagainya. 

Merasa itu semua belum cukup, Ia juga menyebarkan niat baiknya tersebut kepada relasi-relasinya sehingga mendapatkan juga donatur dari luar sekolah. 

"Saya seperti musafir, saya sebarkan nomor rekening saya kepada teman-teman yang mau membantu," ucapnya. 

Dari proses yang dirinya lewati, Ia pun menegaskan bahwa mushola yang dibangun di sekolahnya bukanlah berasal dari pemerintah. 

"Mushola ini bukan merupakan bantuan pemerintah. Ketika dibahas di musrenbang pun, untuk mushola SD negeri tidak ada, kecuali SD swasta," ucapnya. 

Dengan mata berkaca-kaca, Cuseri mengatakan jika semua ini terjadi bukan karena dirinya sendiri, tetapi juga bantuan dari para guru yang selalu di sisinya untuk memperjuangkan mushola yang saat ini sudah selesai dibangun. 

Ia berharap agar mushola tersebut tidak hanya menjadi sebuah pajangan, tetapi juga dapat diramaikan dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat, baik untuk warga sekolah maupun masyarakat umum.(fsh/ysp) 

 

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua