Pojokan 206: Perikemanusiaan

Kang Marbawi.
Memang kudisan tak bisa dibandingkan dengan pengalaman penderitaan kemanusiaan. Tapi kudisan juga bisa menurunkan rasa percaya diri manusia. Dan itu manusiawi.
Menderita juga, jika kulit yang harusnya terlihat kinclong, terhiasi bentol-bentol merah gatal dan menyebar sekujur tubuh. Bahkan nangkring di muka. Menjadi aib jasmani. Demi tampil kinclong, dan jauh dari kurap, flek hitam di muka atau sebangsanya, orang rela berlama-lama di bengkel kulit dan muka.
Konon bagi kaum pencinta syahwat glowing, bahwa kudisan juga bisa memunggungi harga diri manusia. Tapi tidak kemanusiaannya.
Dan saat ini, glowingnya jasmani untuk pencitraan, mengalahkan rasa kemanusiaan dalam jiwa manusia. Jiwa manusia tak pernah terglowingkan dengan rasa empati, keadaban, keadilan, dan kemanusiaan. Justru yang terjadi adalah glowing aritifisial jasmani.
Pantas, peristiwa-peristiwa kemanusiaan hanya menjadi pencintraan dan konten dari media sosial yang mengglowingkan kebebalan nurani. Tak menyentuh atau tersentuh sedikitpun rasa peri kemanusiaan dalam jiwanya. (Kang Marbawi, 160624)