Opini

Mitigasi Bencana untuk Keberlangsungan Dieng

Mitigasi Bencana untuk Keberlangsungan Dieng

Oleh : 

Yulia Enshanty, S.Pd 

(Mahasiswa Pendidikan Geografi Pasca Sarjana Universitas Siliwangi, Guru Geografi SMA di Kabupaten Sukabumi)

Dataran Tinggi Dieng yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, terkenal dengan keindahan alamnya yang begitu memukau. Wilayah yang secara astronomis terletak pada posisi 7°09’36,41” - 7°31’28,99” LS dan 109°29’ - 109056’1,45” BT ini memiliki keindahannya yang mampu menarik wisatawan dari berbagai penjuru dan menjadikan Dieng sebagai destinasi wisata favorit yang tidak pernah sepi pengunjung. Dieng sering dijuluki negeri di atas awan karena berada pada ketinggian di atas 2.000 m mdpl. Namun, di balik keindahannya, Dieng menyimpan potensi bahaya yang tidak boleh diabaikan. Kawasan ini memiliki kompleks gunung api aktif dengan puluhan kawah dan kaldera raksasa. Dieng adalah dataran vulkanik aktif yang sewaktu-waktu mengeluarkan gas beracun yang dapat mengacam kehidupan. Bencana alam lain yang dapat terjadi di wilayah ini adalah gempa bumi, tanah longsor, dan banjir.

Ancaman bencana di kawasan ini tidak hanya membahayakan masyarakat yang tinggal di Dieng, tetapi juga keindahan alamnya yang mempesona. Letusan gunung api dapat memuntahkan abu vulkanik dan lava panas yang merusak rumah, lahan pertanian, dan infrastruktur. Letusan freatik yang sering terjadi di kawasan kawah aktif yang berada di Dieng mengeluarkan gas beracun yang dapat mencemari udara di sekitar kawah dan berdampak pada kualitas udara di wilayah yang lebih luas. Gempa bumi dapat menyebabkan tanah longsor yang menelan korban jiwa dan merusak bangunan. Bencana banjir juga dapat menjadi ancaman, menggenangi pemukiman dan merusak tanaman.

Kawasan Dieng termasuk daerah subur untuk pertanian, dengan curah hujan relatif tinggi, berkisar antara 3.000 – 4.000 mm per tahun.  Masyarakat yang memanfaatkan lereng-lereng dengan kemiriangan di atas 20%  untuk dijadikan lahan pertanian kentang dan palawija, padahal  menurut peraturan Dinas Kehutanan batas toleransi untuk tanaman semusim hanya sampai kemiringan 15%, tanah dengan kemiringan di atas 25% seharusnya diperuntukkan sebagai kawasan hutan lindung. Lahan dengan kelerengan curam, bisa saja dibudayakan dengan ditanami tanaman keras. Selain itu,  kombinasi dari curah hujan dan metode budidaya tanaman yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi dan topografi yang bergunung pada akhirnya menjadikan daerah ini rawan terhadap bencana longsor dan banjir. Banyak kegiatan pertanian yang dilakukan dengan sejajar kontur, hal ini tentunya akan mengakibatkan tanah mudah tererosi karena aliran air hujan deras dengan mudah mengikis tanah, menyebabkan erosi dan meningkatkan risiko longsor.

 Potensi bencana di kawasan Dieng yang begitu besar, maka mitigasi bencana menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk meminimalisir dampak kerusakan dan korban jiwa. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007). Upaya mitigasi di Kawasan Dieng harus dilakukan secara komprehensif, melibatkan berbagai pihak, dan berkelanjutan. Pemerintah, masyarakat, dan berbagai organisasi terkait harus bersinergi dalam upaya mitigasi bencana di Dieng. 

Sistem pemantauan aktivitas gunung api dengan pemasangan alat-alat sensor dan kamera termal, serta meningkatkan koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mendapatkan informasi terkini tentang status gunung api dan kondisi kawah yang berada di kawasan Dieng sudah diakukan. Di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng, sudah terdapat sistem pemantauan gunung api real-time yang dapat memantau aktivitas gunung api secara real-time dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat jika terjadi potensi erupsi. PVMBG juga telah membuat peta kawasan rawan bencana (KRB), sehingga dengan adanya peta tersebut, BPBD dan PVMBG membuat papan yang berisi rambu-rambu di wilayah rawan bencana khususnya jalur gas beracun, Peta tersebut tidak statis, melainkan dinamis, setiap lima tahun sekali akan diperbarui sesuai dengan kondisi kekinian. Peta itu didasarkan pada data-data penelitian dan pemantauan yang dilakukan oleh PVMBG. Hal ini tentunya dapat membantu meningkatkan kewaspadaan dini akan terjadinya bencana.

Masyarakat Dieng dewasa ini telah diberikan edukasi dan pelatihan tentang mitigasi bencana, termasuk bagaimana cara evakuasi dan penggunaan alat bantu penyelamatan. Kelompok siaga bencana dibentuk desa-desa dibentuk dan anggotanya dilatih dalam penanganan bencana. Pelatihan dan simulasi tanggap darurat bencana dilakukan secara berkala bagi masyarakat dan petugas terkait. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, masyarakat diharapkan mampu menyelamatkan diri dan orang lain saat terjadi bencana.

Upaya mitigasi bencana di Dieng perlu terus dilakukan dan ditingkatkan. Kesadaran dan partisipasi aktif dari semua pihak sangatlah penting untuk mewujudkan kawasan Dieng yang tahan bencana.  Hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mitigasi bencana di Dieng diantaranya:

Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana secara menyeluruh untuk menentukan prioritas mitigasi.

Tata ruang wilayah di Dieng sebaiknya ditata ulang dengan mempertimbangkan faktor risiko bencana, seperti menjauhkan permukiman dari kawasan rawan bencana. Teknik bangunan tahan gempa dan longsor perlu diterapkan dalam pembangunan rumah-rumah. Reboisasi dan konservasi hutan juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya tanah longsor. Sistem drainase yang memadai harus dibangun untuk mencegah banjir.

Melakukan penelitian tentang potensi bencana di Dieng untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapsiagaan. Penelitian tentang potensi bencana di Dieng merupakan salah satu langkah yang penting untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya alam. Penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi potensi bencana yang ada di Dieng, seperti erupsi gunung api, keluarnya gas beracun, gempa bumi, tanah longsor, dan banjir. Dengan mengetahui potensi bencana ini, maka dapat dilakukan upaya mitigasi yang tepat dan efektif untuk meminimalisir dampak kerusakan dan korban jiwa.

Berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan negara lain dalam mitigasi bencana.

Upaya mitigasi bencana di Dieng bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Dengan upaya bersama, kita dapat menjaga keindahan dan keselamatan Dieng dari ancaman bencana alam. Keindahan alam Dieng yang lestari akan terus memukau bagi para wisatawan yang datang berkunjung dan akan menjadi sumber kehidupan bagi masyarakatnya.

Tag :
Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua