PASUNDAN EKSPRES - Dokter Tirta berbagi pendapatnya mengenai predikat cum laude. dr. Tirta Mandira Hudhi, M.B.A atau yang biasa dikenal dengan dr. Tirta merupakan seorang dokter dan pebisnis Indonesia. Ia lahir pada 30 Juli 1991.
Ia merupakan mahasiwa lulusan dokter di Universitas Gajah Mada dengan predikat cum laude. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan magister di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan waktu studi hanya 1,5 tahun dan kembali meraih predikat cum laude.
Dokter Tirta berbagi Pendapatnya mengenai Cum Laude
Mengenai prestasinya yang tentu akan membuat iri siapa saja, dr. Tirta mengungkapkan pendapatnya tentang predikat cum laude yang didapatnya. Menurutnya cum laude bukanlah hal yang menentukan prestasi. Setiap orang boleh bermimpi.
"Cum laude itu tidak menentukan prestasi. Presiden Wapres, lho itu bukti bahwa setiap orang boleh bermimpi," ujarnya dalam Podcast Warung Kopi bersama Praz Teguh, Senin (3/6).
Ia juga mengungkapkan kalau IPK hanya untuk sebagai bentuk tanggung jawab kita selama kuliah kepada diri sendiri.
Menurutnya IPK akan berguna pada tiga hal, yaitu tenaga kesehatan di mana tenaga kesehatan harus menyerap ilmu agar tidak salah dalam mendiagnosa penyakit pasiennya.
BACA JUGA: Lee Jun Young Ngomong Gini ke Pyo Ye Jin Sebelum Kiss Scene di Drama Dreaming of Cinde Fxxxing Rella
BACA JUGA: Jungkook Rilis Lagu Baru sebagai Hadiah FESTA 2024, Berjudul Never Let Go
Lalu, yang kedua adalah dosen, guru, pengajar, karena mereka akan memberikan ilmu yang sudah mereka pelajari. Kemudian, peneliti. Sementara yang lainnya, seperti arsiter atau akuntan, mereka diperluka pengalaman atau experience.
"IPK, tuh relate kalau tiga hal. Satu tenaga kesehatan karena, kan, ya dia menyerap ilmu. Terus kalau dia mendiagnosa penyakit berarti harus ilmunya terserap dengan baik. Kalau IPK-nya buruk, berarti diagnosanya rentan. Yang nomor dua, dosen, guru, pengajar, karena dia menularkan ilmu. Ketiga peneliti karena dia, kan ya hobinya meneliti hal yang baru, publish jurnal," jelasnya.
Selain itu, dr. Tirta juga menyebutkan bahwa faktor kesuksesan terpenting itu ada empat hal. Pertama adalah networking, kedua adalah channel pekerjaan, ketiga privilage, keempat keberuntungan.
Sementara IPK berada di urutan lain. Ia mengungkapkan bahwa jika IPK bernilai 3,9, tapi pemilik IPK tersebut jarang keluar rumah atau bahkan tidak memiliki relasinya, itu tidak berguna sama sekali.
dr. Tirta mengatakan bahwa privilage sangat penting seperti dirinya yang bisa lulus di ITB karena kedua orang tuanya yang merupakan mantan dosen.
"Aku, tuh bisa jadi dokter terus S2-nya di ITB juga cum laude karena bapak ibuku mantan dosen," ucapnya.
(ipa)