Buruh Subang Akan Perjuangkan Hak, Turun ke Jalan Saat Peringatan May Day

KONSOLIDASI: Aliansi Buruh Subang saat konsolidasi untuk mempersiapkan peringatan Hari Buruh Internasional atau lebih dikenal dengan sebutan May Day.
SUBANG-Dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional atau lebih dikenal dengan sebutan May Day, buruh di Kabupaten Subang akan menggelar aksi turun ke jalan pada Kamis, 1 Mei 2025.
Peringatan ini menjadi momen penting untuk memperjuangkan hak-hak buruh sekaligus mengenang sejarah panjang perjuangan kelas pekerja di seluruh dunia.
Hari Buruh sendiri diperingati setiap tanggal 1 Mei di banyak negara sebagai bentuk penghormatan terhadap keberhasilan perjuangan buruh dalam memperjuangkan hak-hak ekonomi dan sosial.
Sejarah May Day bermula dari perjuangan para buruh di abad ke-19 yang menuntut pengurangan jam kerja menjadi delapan jam sehari, sebuah tonggak yang hingga kini masih menjadi inspirasi gerakan buruh modern.
BACA JUGA: Jeritan Hati Pengemudi Ojol , Ingin Keadilan Bukan Belas Kasih
Di Subang, semangat perjuangan ini akan diwujudkan dalam aksi damai yang digagas oleh Aliansi Buruh Subang (ABS).
Sekretaris Umum FSBP-KASBI Kabupaten Subang, Rahmat Saputra, menyampaikan aksi tahun ini akan melibatkan dua serikat besar, yakni FSBP-KASBI dan Federasi Serikat Buruh Makanan dan Minuman (FSBMM).
"Kami akan turun atas nama Aliansi Buruh Subang (ABS). Yang sudah memastikan ikut dalam aksi ini adalah serikat FSBP-KASBI dan FSBMM," kata Rahmat saat dihubungi pada Selasa (29/4/2025).
Menurut Rahmat, jumlah peserta yang ditargetkan dalam aksi tersebut adalah minimal 500 orang, dan tidak menutup kemungkinan akan bertambah seiring dengan bertambahnya serikat buruh lain yang bergabung.
BACA JUGA: Pemda Subang Harus Serius Tata Wajah Kota Subang, Masih Banyak Bangunan yang Terbengkalai
"Kami targetkan minimal 500 anggota yang ikut turun, tapi harapan kami bisa lebih banyak lagi," tambahnya.
Rangkaian aksi buruh Subang dimulai dari titik kumpul di depan kantor Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Subang. Setelah semua massa berkumpul, mereka akan melakukan longmarch atau jalan kaki bersama menyusuri jalan Otto Iskandardinata (Otista) menuju Wisma Karya, pusat pemerintahan Kabupaten Subang.
Di Wisma Karya, massa buruh tidak hanya akan menyuarakan tuntutan melalui orasi, tetapi juga menggelar aksi teatrikal yang melibatkan para buruh sendiri. Aksi teatrikal ini diharapkan bisa menjadi media kreatif untuk menyampaikan aspirasi dan kritik sosial terkait kondisi perburuhan saat ini.
"Kawan-kawan buruh juga akan menampilkan aksi teatrikal di Wisma Karya. Ini sebagai bentuk ekspresi seni perlawanan sekaligus mengedukasi masyarakat umum," ungkap Rahmat.
Meskipun rincian tuntutan dalam aksi ini belum secara resmi dipublikasikan, biasanya tema yang diangkat meliputi peningkatan upah layak, perlindungan terhadap hak-hak buruh, jaminan sosial, hingga penolakan terhadap sistem kerja kontrak dan outsourcing yang merugikan pekerja.
Rahmat menegaskan bahwa aksi ini dilakukan secara damai dan tertib, serta diharapkan mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah dan masyarakat luas.
"Kami ingin menyampaikan aspirasi kami secara damai dan bermartabat. Ini adalah hak konstitusional kami sebagai warga negara," tegasnya.
Aksi ini juga menjadi momen penting bagi buruh Subang untuk menunjukkan solidaritas antar serikat buruh dan memperkuat jaringan perjuangan di tingkat lokal.