PASUNDAN EKSPRES - Warga Gaza makan tanaman liar karena bencana kelaparan yang semakin mengerikan. Ketika Dewan Keamanan PBB mengeluarkan permintaan untuk gencatan senjata mendesak di Gaza karena kekhawatiran akan meningkatkan kelaparan. Warga sipil di wilayah tersebut bahkan mulai mencari tanaman hijau liar yang dikenal sebagai Khobiza karena sumber makanan mereka semakin terbatas.
Warga Gaza Makan Tanaman Liar
Hal tersebut adalah sebuah pengingat mengenai penderitaan yang terjadi di daerah kantong Palestina setelah selama lima bulan terjadinya perang yang dimulai pada 7 Oktober tahun lalu.
Selama periode tersebut, militan Hamas dilaporkan menewarkan 1.200 orang dan menyander 253 orang. Sementara, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 32.000 warga Palestina.
"Sepanjang hidup kami - bahkan selama perang (sebelumnya) - kami belum pernah makan Khobiza," kata seorang wanita Palestina, Maryam Al-Attar, dikutip Reuters, Selasa (26/3/2024).
"Anak-anak perempuan saya berkata kepada saya, 'Kami ingin makan roti, ibu'. Hati saya hancur untuk mereka," tambahnya.
BACA JUGA: Rekam Jejak Sukses Vladimir Putin di Pemilu Rusia 2024
BACA JUGA: Islam Khalilov, Pahlawan Cilik yang Selamatkan Ratusan Orang dari Penembakan Massal di Moskow
Maryam juga mengatakan bahwa ia tidak dapat menemukan makanan yang cukup bagi anak-anaknya. Ia memutuskan untuk mengumpulkan beberapa tanaman Khobiza. Ia mengungkapkan bahwa bisa saja di masa depan tanaman Khobiza habis, dan mereka akan kebingungan untuk mencari bantuan lainnya.
Di saat mereka yang seharusnya menjalankan ibadah puasa Ramadan, warga Palestina mengalami penderitaan. Mereka seharusnya merayakan makan malam besar bersama keluarga dan menonton acara televisi khusus seperti jutaan Muslim lainnya di seluruh dunia.
Menurut pengawas kelaparan dunia yang dikenal sebagai Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), kelaparan diperkirakan akan segera terjadi di Gaza utara dan berpotensi menyebar ke seluruh wilayah kantong pada bulan Mei mendatang. Peringatan tersebut dikeluarkan pada tanggal 18 Maret.
Kekhawatiran tentang keterbatasan Khobiza semakin meningkat ketika ketidakpastian terkait pengiriman bantuan semakin mengkhawatirkan. Selain itu, upaya mediator untuk mengurangi kesenjangan antara Israel dan Hamas dalam hal gencatan senjata dan pembebasan para sandera juga menambah tingkat ketidakpastian yang ada.
(ipa)