Nasional

Ibu Ini Bilang Pendidikan Tinggi Hanya untuk Kaum Elit?

Ibu Ini Bilang Pendidikan Tinggi Hanya untuk Kaum Elit?
Ibu Ini Bilang Pendidikan Tinggi Hanya untuk Kaum Elit?

PASUNDAN EKSPRES- Dalam sebuah forum resmi, Ibu Tjitji Sri Tjahjandarie, Sekretaris Dirjen Dikti di Kemendikbud Ristek, membuat pernyataan yang menuai kontroversi.

Menanggapi banyaknya keluhan mahasiswa terkait biaya kuliah yang mahal, beliau berkomentar bahwa kuliah merupakan pendidikan tersier, atau dengan kata lain, bukan kebutuhan primer atau sekunder.

Ibu Tjitji Sri menyiratkan bahwa biaya kuliah tidak seharusnya menjadi masalah besar karena pendidikan tinggi merupakan kebutuhan tersier yang hanya layak untuk kaum elit.

Pernyataan ini langsung mendapatkan reaksi beragam dari berbagai kalangan, terutama mahasiswa dan masyarakat yang memperjuangkan akses pendidikan untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang ekonomi.

Pernyataan Ibu Tjitji bahwa kuliah adalah kebutuhan tersier menimbulkan pertanyaan penting.

Apakah pendidikan tinggi hanya untuk mereka yang mampu secara finansial?

Di satu sisi, beliau mungkin ingin menekankan bahwa pendidikan dasar dan menengah adalah prioritas utama dalam pembangunan sumber daya manusia.

Namun, di sisi lain, pernyataan ini bisa dianggap mengesampingkan pentingnya pendidikan tinggi dalam meningkatkan kualitas hidup dan mobilitas sosial.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak perusahaan, baik swasta maupun BUMN, mensyaratkan gelar S1 sebagai syarat minimal bagi calon karyawan.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi telah menjadi semacam "tiket" untuk memasuki dunia kerja yang lebih baik dan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.

Dengan demikian, pernyataan bahwa kuliah adalah kebutuhan tersier bisa dianggap tidak sesuai dengan realitas dunia kerja saat ini.

Pernyataan Ibu Tjitji seolah memperjelas kesenjangan ekonomi dalam akses pendidikan.

Jika kuliah hanya dianggap sebagai kebutuhan tersier yang mahal, maka hanya orang-orang dari kalangan atas yang dapat menikmatinya.

Ini bisa memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi, karena mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu akan semakin sulit untuk memperbaiki nasib melalui pendidikan.

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua