PASUNDAN EKSPRES - Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengimbau jemaah haji yang dalam kondisi tidak memungkinkan melakukan perjalanan ke jamarat untuk tidak memaksakan diri dan melakukan badal lontar jumrah.
Adapun pelaksanaan lontar jumrah bagi jemaah dengan risiko tinggi (risti) dan lanjut usia (lansia) bisa dibadalkan.
Sebagai informasi, fase mabit (menginap) di Mina telah memasuki hari kedua.
Jemaah haji Indonesia secara bergelombang melakukan lontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari Tasyrik.
"Jemaah haji dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia, disabilitas, serta jemaah yang sedang kurang sehat dan mengalami kelelahan diimbau untuk mengurangi aktifitas di luar tenda Mina," ucap Kepala Daerah Kerja Makkah yang juga Ketua Satuan Tugas Mina, Khalilurrahman, dilansir dari laman resmi Kementerian Agama, Selasa (18/6).
Khalilurrahman menjelaskan, suhu udara di Mina saat ini sangat panas hingga mencapai di atas 40 derajat Celcius.
Sementara perjalanan dari tenda Mina ke Jamarat juga lumayan jauh, jaraknya sekitar 4 km untuk sekali jalan.
Oleh karena itu, PPIH mengimbau kepada jemaah haji risti, lansia disabilitas serta jemaah yang sedang kurang sehat dan mengalami kelelahan agar mengurangi aktivitas di luar tenda di Mina.
Selain itu, jemaah juga dapat mewakilkan/membadalkan pelaksanaan lempar jumrah kepada jemaah lain atau petugas.
Khalilurrahman meminta kepada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah KBIHU untuk mengkoordinasikan pelaksanaan badal lempar jumrah bagi seluruh jemaah binaan yang lansia, risti, disabilitas, sakit, kelelahan dan kurang sehat secara fisik.
Jemaah haji lansia dengan kondisi lemah atau sakit diimbau mewakilkan lempar jumrahnya kepada jemaah lain. Hukum mewakilkan lempar jumrah adalah sah.
Ada dua cara mewakili atau badal lempar jumrah bagi jemaah risti dan lansia:
1. Melempar setiap jumrah untuk diri sendiri, kemudian untuk yang diwakili pada tempat yang sama.
2. Melempar untuk dirinya pada ketiga jumrah, lalu kembali dan melempar pada ketiga jumrah untuk yang diwakili.
Mabit di Mina menjadi tahapan terberat fase puncak haji Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) sebab jemaah harus tinggal lebih lama di tenda Mina.
Selain itu, jika di Arafah dan Muzdalifah jemaah relatif hanya berdiam di tenda, di Mina ada aktivitas lontar jumrah.
Oleh karena itu, ikhtiar menjaga kesehatan sangat diperlukan. Jemaah diimbau untuk tidak memaksakan diri dalam melontar jumrah. (inm)