Oleh: Annisa Desti Fahjri | Noviana Antaria
Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika 2024
Universitas Perguruan Indonesia
“Semua manusia pada dasarnya ingin tahu” adalah kutipan dari Aristoteles yang menggambarkan sifat alamiah dari manusia. Terutama dalam era informasi yang serba instan ini, rasa ingin tahu manusia semakin tinggi dan dibarengi pula dengan kemudahan untuk mencari jawabannya. Namun, di balik informasi yang membanjiri kita setiap hari, tersembunyi pula beragam klaim yang kebenarannya dipertanyakan. Untuk menggunakan informasi-informasi tersebut tentu saja kita harus memilah mana yang benar dan yang salah. Maka dari itu daripada sekadar keyakinan akan suatu informasi, kita perlu memiliki pengetahuan.
Lalu apa bedanya keyakinan yang benar dengan pengetahuan? Dalam filsafat, dua konsep ini dikenal sebagai true belief dan pengetahuan. True belief adalah keyakinan bahwa suatu proposisi itu benar. Misalnya, Anda mungkin percaya bahwa Bumi berbentuk bulat. Ini adalah true belief. Namun, pengetahuan lebih dari sekadar keyakinan merupakan justified true belief. Pengetahuan melibatkan pemahaman yang mendalam tentang suatu hal, disertai dengan alasan yang kuat untuk mempercayainya. Anda tidak hanya percaya bahwa Bumi bulat, tetapi Anda juga memahami mengapa para ilmuwan menyimpulkan demikian, berdasarkan bukti-bukti empiris yang kuat.
Bayangkan teman Anda meramalkan cuaca esok hari berdasarkan firasat, dan ternyata ramalan tersebut benar. Walaupun benar, pernyataan tersebut tidak berdasar sehingga hanya berupa keyakinan yang benar atau true belief. Berbeda dengan BMKG yang menyusun ramalan cuaca menggunakan pengetahuan berdasarkan berbagai analisis hasil pengamatan dan bukti-bukti sains. Anda tentu saja akan lebih percaya ramalan cuaca BMKG dibandingkan ramalam teman Anda, bukan? Keyakinan seringkali bersifat sementara dan mudah tergoyahkan oleh informasi baru. Berbeda dengan pengetahuan yang dibangun di atas fondasi yang kokoh. Pengetahuan bersifat stabil dan dapat diandalkan.
Plato memberikan analogi yang menarik dengan patung Daedalus. Konon, patung ini sangat realistis sehingga jika tidak ditancapkan ke tanah, mereka akan lari.
True belief diibaratkan sebagai patung yang tidak tertancap ke tanah; mudah hilang dan tidak dapat diandalkan. Sedangkan pengetahuan adalah patung yang tertancap ke tanah sehingga stabil dan tidak mudah berubah. Dalam kehidupan nyata, keyakinan saja akan mudah dipatahkan dengan adanya informasi baru, sementara pengetahuan lebih konsisten dan tahan terhadap perubahan situasi.
Apakah pengetahuan hanya bernilai karena kegunaannya? Ataukah ada nilai lain dari pengetahuan selain sekadar kegunaannya?
Pengetahuan memiliki dua jenis nilai, yaitu nilai instrumental dan nilai non-instrumental. Secara instrumental, pengetahuan dapat membawa kita mencapai tujuan yang ingin dicapai. Contohnya, pengusaha dapat menggunakan pengetahuannya tentang pasar dan perilaku konsumen untuk menyusun strategi pemasaran yang efektif dan meningkatkan penjualannya. Sedangkan nilai non-instrumental tidak secara langsung membantu kita untuk mencapai suatu tujuan, namun memberikan makna dalam kehidupan itu sendiri. Nilai non-instrumental contohnya adalah kebijaksanaan, sangatlah mungkin mencapai tujuan kita tanpa kebijaksanaan namun alangkah lebih baiknya jika kebijaksanaan itu menjadi bagian dalam hidup kita. Nilai non-instrumental bukanlah alat untuk mencapai tujuan, tapi adalah tujuan akhir kita. Inilah yang membedakan pengetahuan dan keyakinan belaka, pengetahuan bisa memiliki nilai non-instrumental namun keyakinan tidak.
Di era digital sangat mudah untuk mendapatkan informasi dimana saja dan kapan saja, peran pengetahuan pun semakin penting. Pengetahuan berperan sebagai filter untuk memilah informasi mana yang benar dan mana yang tidak. Misalnya saja, pada masa pandemi dengan banyaknya hoaks yang beredar dan informasi-informasi lain yang pembenarannya belum jelas masyarakat dengan mudah mempercayai klaim pengobatan tertentu yang belum terbukti secara ilmiah dan malah berujung pada membahayakan kesehatannya. Sebaliknya, penelitian yang didasari pengetahuan telah membantu banyak nyawa dengan mengarahkan kebijakan kesehatan yang lebih efektif dan andal.
Lebih jauh lagi, pengetahuan membantu kita menjadi individu yang lebih kritis dan bertanggung jawab. Dengan memverifikasi tiap informasi dan memahami dasar pembenarannya, kita dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam setiap aspek kehidupan.
Dalam dunia yang penuh dengan informasi yang tidak semuanya dapat dipercaya, mengejar pengetahuan bukan saja membantu kita mencapai tujuan, namun juga memperkaya kualitas hidup itu sendiri. Di tengah ketidakpastian hidup, pengetahuan dapat menjadi jangkar yang menjaga agar kita tetap stabil. Mari menjadi masyarakat dunia modern yang kritis, bijak, dan bertanggung jawab dengan selalu menjadikan pengetahuan sebagai landasan dalam hidup ini.(*)