PASUNDAN EKSPRES- Di tengah peradaban yang semakin maju, kita seolah-olah dihadapkan pada fenomena kekerasan yang semakin meresahkan.
Berita-berita kriminal yang muncul di belakangan ini, seperti kasus Agus yang disiram air keras dan yang terbaru pengcongkelan mata Faisal di Gunung Putri, Bogor.
Membuat banyak dari kita bertanya-tanya di mana letak kemanusiaan?
Setiap hari, kita disuguhkan dengan berita-berita ngeri yang menunjukkan betapa jauhnya rasa empati kita.
Kejadian-kejadian seperti ini bukan hanya soal tindak kriminal, tetapi juga soal bagaimana kita sebagai masyarakat merespons.
Alih-alih menunjukkan solidaritas, kasus Agus malah membuat kita melihat situasi yang lebih menyedihkan.
Novi, yang bermaksud baik mengumpulkan donasi untuk Agus, justru dilaporkan oleh keluarganya. Kok bisa ya? Di mana logika di balik tindakan ini?
Pola pikir yang memutar ini seolah mencerminkan hubungan sosial kita.
Masyarakat yang seharusnya saling mendukung dan membantu satu sama lain, kini justru terlihat saling curiga dan berkonflik.
Ini menjadi pertanyaan besar bagi kita semua apa yang membuat orang rela mempertahankan niat baik hanya karena tekanan atau stigma yang ada di masyarakat?
Dari kejadian-kejadian ini, kita bisa mengambil pelajaran penting.
Kekerasan tidak hanya menghancurkan fisik, tetapi juga menimbulkan luka emosional yang mendalam.
Kita harus mulai berpikir lebih kritis dan empatik, serta mendorong budaya saling membantu, bukan menjatuhkan.
Podcast Curhat Bang Denny Sumargo yang menghadirkan Faisal sebagai tamu juga bisa jadi wadah untuk menceritakan kisah-kisah serupa.
Dan mendorong diskusi tentang bagaimana kita bisa mencegah kekerasan semacam ini di masa depan.
Dalam menghadapi fenomena ini, sudah saatnya kita bersatu sebagai masyarakat.
Mari kita jadikan kepedulian dan solidaritas sebagai senjata utama untuk melawan kekerasan dan menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik untuk kita semua.
Kita harus berani bersuara dan mendukung satu sama lain, karena hanya dengan demikian kita bisa berharap untuk memerangi kekerasan yang semakin mencengangkan ini.