Menelusuri Sejarah Kota Subang Jaman Dulu, Dari Prasejarah hingga Kemerdekaan

Menelusuri Sejarah Kota Subang Jaman Dulu, Dari Prasejarah hingga Kemerdekaan

Sejarah kota Subang jaman dulu mencakup masa prasejarah, pengaruh kerajaan besar seperti Tarumanagara dan Pajajaran, masa penjajahan Belanda, hingga perjuangan rakyat Subang dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

 

Pengaruh Islam: Dakwah dan Penyebaran dari Talaga

Memasuki abad ke-16, penyebaran Islam turut membentuk corak sejarah kota Subang jaman dulu. Seorang ulama bernama Wangsa Goparana dari Talaga, Majalengka menjadi tokoh penting dalam penyebaran Islam di Subang.

Ia membuka pemukiman di Sagalaherang sekitar tahun 1530 dan menyebarkan ajaran Islam ke pelosok-pelosok wilayah Subang.

Perubahan kepercayaan masyarakat ini tidak terjadi secara tiba-tiba, namun melalui proses panjang dakwah dan akulturasi budaya yang berlangsung damai.

Peninggalan tradisi-tradisi keagamaan yang kental hingga hari ini menjadi bukti kuat pengaruh Islam dalam struktur budaya Subang.

 

Kolonialisme: Perebutan dan Eksploitasi

Setelah runtuhnya Kerajaan Pajajaran, sejarah kota Subang jaman dulu memasuki fase kolonialisme.

Daerah ini menjadi rebutan kekuatan besar seperti Kerajaan Banten, Mataram, hingga VOC dan Belanda.

Subang menjadi jalur logistik pasukan Sultan Agung dalam perangnya melawan Batavia, menyebabkan interaksi budaya antara tentara Jawa dan masyarakat Sunda yang bermukim di Subang.

Tahun 1812, masa kolonial semakin menguat saat tanah-tanah di Subang mulai dimiliki pihak swasta Eropa dan perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P&T Lands) menguasai wilayah seluas 212.900 hektar.

Pemerintah Belanda kemudian menetapkan struktur distrik dan onderdistrik, dengan seorang kontrolir BB berkedudukan di Subang.

 

Kebangkitan Nasional: Benih Perlawanan di Tengah Penjajahan

Meski tidak terlalu banyak tercatat dalam arus utama sejarah Indonesia, sejarah kota Subang jaman dulu mencatat bangkitnya semangat nasionalisme pada awal abad ke-20.

Setelah Kongres Sarekat Islam di Bandung tahun 1916, cabang organisasi ini berdiri di Pringkasap dan Sukamandi.

Tokoh-tokoh seperti Odeng Jayawisastra dan Darmodiharjo menjadi pelopor perlawanan melalui organisasi politik seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdlatul Ulama (NU), Parindra, dan Partindo.


Berita Terkini