Internasional

Kerajaan Inggris Dari Glamor ke Kolonialisme, Ini Sisi Gelap yang Jarang Diketahui!

Kerajaan Inggris Dari Glamor ke Kolonialisme, Ini Sisi Gelap yang Jarang Diketahui!

PASUNDAN EKSPRES- Kerajaan Inggris selalu menjadi sorotan dengan cerita-cerita budaya monarki dan drama keluarganya yang terus terekspos oleh media massa.

Di balik gemerlap gaya hidup mewah dan megahnya kastil-kastil, terdapat sejarah kelam yang dibangun melalui kolonialisme dan perbudakan.

Selain itu, Kerajaan Inggris menjadi pewaris utama konflik dan perpecahan yang menyebabkan tumpah darah di berbagai belahan dunia, jejaknya masih terasa hingga saat ini.

Saat ini, peta wilayah Britania Raya atau United Kingdom hanya mencakup daratan Inggris saja.

Namun, jangan salah, Inggris Raya masih menguasai 14 wilayah lain di seluruh dunia.

Kekuasaan yang membentang dari Laut Tengah hingga Samudra Atlantik ini merupakan peninggalan masa kejayaan kolonialisme Inggris yang mencapai puncaknya pada tahun 1921, dikenal dengan sebutan British Empire.

Jejak kolonialisme Inggris dimulai pada abad ke-16 dan berkembang menjadi salah satu kekuatan terbesar dunia hingga abad ke-20.

Ekspedisi Inggris ke berbagai daratan dunia dimulai pada awal tahun 1550 di bawah komando Raja Henry VII, dengan tujuan menandingi Spanyol dan Portugal yang telah lebih dahulu memulai ekspedisi kolonial.

Pada abad ke-17, perdagangan Inggris mendapatkan momentumnya dengan berdirinya kongsi dagang seperti British East India Company yang menguasai tanah-tanah di India.

Perdagangan Inggris berkembang pesat dan kerajaan turut menikmati keuntungan ekonomi ini.

Pada waktu yang sama, kekuatan militer serta angkatan laut Inggris semakin menguat, memungkinkan ekspansi kekuasaan Inggris yang mulus.

Invasi pertama di Amerika dimulai di Virginia pada tahun 1607, dan terus berlanjut hingga Inggris mengambil alih daerah jajahan Belanda New Amsterdam dan mengubah namanya menjadi New York pada tahun 1912.

Pada puncak kejayaannya pada tahun 1920, seperempat tanah dunia dikendalikan oleh Kerajaan Inggris.

Keberhasilan perdagangan Inggris sebagian besar bersumber dari industrialisasi dan teknologi mesin, namun sebenarnya kekuasaan dagang Inggris sangat berhutang pada perbudakan.

Sistem ekonomi Inggris sangat bergantung pada perbudakan, dengan jutaan warga Afrika yang diperbudak dan dipekerjakan di perkebunan di Amerika.

Kondisi para budak sangat mengenaskan, diperlakukan seperti komoditas dan mengalami penyiksaan, kelaparan, dan dehidrasi.

Dalam rentang 1640 hingga 1807, kapal-kapal Inggris mengangkut sekitar 3,4 juta warga Afrika, dengan 450.000 di antaranya meninggal saat perjalanan.

Pada masa itu, tidak ada payung hukum atau norma sosial yang melindungi hak-hak para budak.

Selain perbudakan, Kerajaan Inggris juga meninggalkan warisan perpecahan dan konflik di tanah-tanah bekas jajahannya.

Salah satu contohnya adalah konflik di Kashmir yang masih berlangsung hingga saat ini antara India dan Pakistan, akibat skema pembagian wilayah oleh pemerintah kolonial Inggris pada tahun 1947.

Konflik lain termasuk persekusi terhadap Muslim Rohingya di Myanmar dan penjajahan Palestina oleh Israel.

Sejarah Kerajaan Inggris bukanlah semata fairy tale, tetapi dipenuhi dengan darah dan jejak eksploitasi, penjajahan, serta taktik politik pencaplokan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini.

Di balik kilap mahkota dan megah kastil-kastil kerajaan, tersimpan kisah kelam yang mempengaruhi sejarah dunia.

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua