Lifestyle

Haji Bukan Gelar, Tetapi Pengingat Spiritual Ustadz Adi Hidayat LC MA

Haji Bukan Gelar, Tetapi Pengingat Spiritual Ustadz Adi Hidayat LC MA

PASUNDAN EKSPRES - Dalam tradisi Islam, ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki kedudukan istimewa.

Setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial diwajibkan untuk menunaikan ibadah ini setidaknya sekali seumur hidup.

Namun, di balik pelaksanaan ibadah yang sarat makna spiritual ini, terdapat sebuah kebiasaan unik yang berkembang di kalangan masyarakat Arab,

yang mungkin belum banyak diketahui oleh sebagian besar umat Muslim di Indonesia.

 

Haji Bukan Gelar, Tetapi Pengingat Spiritual Ustadz Adi Hidayat LC MA

Haji: Lebih dari Sekadar Ibadah

Sering kali kita mendengar seseorang yang telah menunaikan ibadah haji dipanggil dengan sebutan "Haji" atau "Hajjah".

Di Indonesia, sebutan ini kerap dianggap sebagai gelar kehormatan.

Namun, apa sebenarnya makna dari panggilan tersebut?

Dalam budaya Arab, sebutan "Haji" bukanlah sebuah gelar kehormatan melainkan sebuah pengingat akan tanggung jawab moral dan spiritual seseorang yang telah menunaikan ibadah haji.

 

Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW, ibadah haji yang mabrur (diterima) memiliki ganjaran yang setara dengan surga.

Oleh karena itu, seorang yang telah menunaikan haji diharapkan untuk menjaga akhlak dan perilakunya sesuai dengan nilai-nilai yang telah dipelajari selama menjalankan ibadah tersebut.

 

 

Pengingat di Kehidupan Sehari-Hari

Di Arab Saudi, ketika seseorang yang telah menunaikan ibadah haji menunjukkan perilaku yang kurang baik,

orang-orang di sekitarnya akan mengingatkan dengan memanggilnya "Haji".

 

Misalnya, jika seseorang yang baru saja pulang haji menunjukkan kemarahan atau ketidaksabaran di tempat umum, orang lain akan berkata, "Masya Allah, ya Haji."

Ini bukan sekadar panggilan, melainkan sebuah pengingat bahwa ia telah menunaikan ibadah yang mulia dan seharusnya menjaga perilakunya agar tetap sesuai dengan ajaran Islam.

 

Panggilan "Haji" di sini berfungsi sebagai penegur halus, yang mengingatkan bahwa seorang haji memiliki tanggung jawab untuk menjaga akhlaknya.

Dengan demikian, panggilan ini membantu menginternalisasi nilai-nilai positif yang diperoleh selama menunaikan ibadah haji,

sehingga tidak hanya menjadi rutinitas ibadah tetapi juga menjadi bagian dari karakter dan kehidupan sehari-hari.

 

 

Perspektif di Indonesia

Ketika tradisi ini dibawa ke Indonesia, terjadi pergeseran makna.

Sebutan "Haji" sering kali dianggap sebagai gelar kehormatan yang menunjukkan status sosial seseorang.

Sebagian masyarakat bahkan merasa bangga dengan gelar ini, tanpa menyadari bahwa esensi sebenarnya adalah sebagai pengingat akan tanggung jawab moral dan spiritual.

 

Di tengah masyarakat Indonesia, penting untuk memahami bahwa sebutan "Haji" bukan sekadar simbol status,

melainkan sebuah pengingat untuk terus menjaga dan menerapkan nilai-nilai kebaikan yang didapat dari ibadah haji.

 

Mengingat bahwa ibadah haji adalah proses spiritual yang mendalam, sudah seharusnya pengalaman tersebut tercermin dalam perilaku sehari-hari.

 

 

 

Pada akhirnya, sebutan "Haji" mengandung makna yang lebih dalam daripada sekadar gelar.

Ini adalah pengingat yang mengajak setiap Muslim yang telah menunaikan ibadah haji untuk terus menjaga akhlaknya dan menerapkan nilai-nilai positif yang telah dipelajari.

Dengan memahami dan mengamalkan esensi dari sebutan ini, kita tidak hanya menjaga kemuliaan ibadah haji tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sesuai dengan ajaran Islam.

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua