Nasional

Waspada! BMKG Peringatkan Gempa di 2 Megathrust Indonesia Tinggal Tunggu Waktu

Waspada! BMKG Peringatkan Gempa di 2 Megathrust Indonesia Tinggal Tunggu Waktu

PASUNDAN EKSPRES - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi gempa megathrust di Indonesia yang sudah lama tidak melepaskan energi besarnya tinggal menunggu waktu.

Hal ini disampaikan terkait gempa besar disertai dengan Magnitudo 7,1 yang melanda Pulau Kyushu, Jepang yang bersumber dari Megathrust Nankai pada Jumat (8/8).

Adapun gempa besar ini memicu tsunami usai muncul gelombang dengan tinggi kurang dari setengah meter di Pantai Miyazaki, Jepang. 

"Akhirnya terkonfirmasi, memang tsunami terjadi di Pantai Miyazaki Jepang dengan ketinggian 31 cm dan tidak merusak," ucap Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dikutip dari Disway, Selasa (13/8).

Megathrust merupakan pertemuan antar lempeng tektonik bumi yang berpotensi menimbulkan gempa dengan kekuatan besar hingga memicu tsunami.

Daryono mengungkapkan, Megathrust Nankai yang terjadi di Jepang termasuk salah satu zona seismic gap atau zona sumber gempa potensial namun belum terjadi gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir.

Zona ini ini diduga sedang mengalami proses akumulasi medan tegangan atau stress kerak bumi.

Daryono menambahkan, Megathrust Nankai ini senasib dengan dua megathrust di Indonesia yang sudah lama tak melepaskan energinya.

"Kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai saat ini sama persis yang dirasakan dan dialami oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap 'Seismic Gap' Megathrust Selat Sunda (M 8,7) dan Megathrust Mentawai-Suberut (M 8,9)," ujarnya.

"Gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata tinggal menunggu waktu karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi Gempa besar," sambungnya.

Sebagai informasi, berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, kedua megathrust ini terakhir kali gempa lebih dari dua abad silam.

Megathrust Selat Sunda terakhir kali tercatat adanya gempa pada 1699 dan 1780 dengan kekuatan gempa M 8,5.

Sedangkan Megathrust Mentawai-Siberut tercatat pada tahun 1797 dengan M 8,7 dan pada tahun 1833 dengan kekuatan M 8,9.

Daryono menyebut gempa di zona megathrust sangat potensial memicu tsunami.

"Karena setiap gempa besar dan dangkal di zona megathrust akan memicu terjadinya patahan dengan mekanisme naik (thrust fault) yang dapat mengganggu kolom air laut (tsunami)," tuturnya.

Menanggapi adanya potensi gempa megathrust di Indonesia, BMKG telah menyiapkan sistem monitoring, prosesing dan diseminasi informasi gempabumi.

Selain itu, BMKG juga menyiapkan alat peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat dalam mendeteksi gelombang tsunami. (inm)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua