Opini

Mitigasi Bencana sebagai Kunci Keberlanjutan Sukabumi Selatan

OPINI


Oleh : 
Yulia Enshanty, S.Pd (Mahasiswa Magister Pendidikan Geografi Pascasarjana Universitas Siliwangi, Guru Geografi di SMAN 1 Warungkiara, Kabupaten Sukabumi)


Kawasan Sukabumi Selatan, yang terletak di pesisir selatan Jawa Barat, dikenal dengan keindahan alamnya serta kerentanan tinggi terhadap berbagai bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, dan tsunami. Perubahan iklim  mempengaruhi pola cuaca, pentingnya mitigasi bencana menjadi semakin jelas dan mendesak. Mitigasi adalah upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak bencana terhadap manusia dan harta benda. Mitigasi bencana diartikan sebagai proses perencanaan untuk meminimalkan dampak bencana (Zahrotul Arofah & Anggraeny Puspaningtyas, 2023 : 89).  Mitigasi yang efektif menjadikan dampak dari bencana dapat diminimalkan, baik dari segi korban jiwa maupun kerugian ekonomi.

Geografi Kawasan Sukabumi selatan sangat rentan terhadap bencana, dengan topografi yang beragam, termasuk daerah pegunungan dan pesisir yang sering terpapar risiko bencana. Tanah longsor dan banjir menjadi ancaman yang nyata, terutama setelah hujan lebat, seperti yang terjadi pada desember 2024 ini. Selain itu, banyak penduduk di kawasan ini bergantung pada sektor pertanian dan perikanan, yang sangat terpengaruh oleh bencana alam. Kerusakan lingkungan yang masif akibat aktivitas penambangan juga merupakan salah satu faktor penyebab bencana. Penambangan yang tidak terencana dan tidak ramah lingkungan sering kali mengakibatkan deforestasi, erosi tanah, dan penurunan kualitas tanah, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap bencana seperti tanah longsor.

Penerapan kebijakan tata kelola lahan dan perizinan pertambangan yang ketat sangat penting dalam konteks ini. Kebijakan yang baik dapat memastikan bahwa aktivitas penambangan dilakukan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial, serta mematuhi standar keberlanjutan. Proses perizinan yang transparan dan melibatkan partisipasi masyarakat setempat dapat membantu mengidentifikasi potensi risiko sebelum kegiatan penambangan dimulai. Kebijakan pengawasan yang ketat menyebabkan potensi kerusakan lingkungan akibat penambangan dapat diminimalkan, sehingga risiko bencana dapat dikurangi. Selain itu, penerapan teknologi ramah lingkungan dalam proses penambangan juga perlu didorong.

Misalnya, penggunaan metode penambangan yang mengurangi deforestasi dan erosi tanah dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem lokal. Kebijakan yang mendukung rehabilitasi lahan pasca-penambangan juga sangat penting, sehingga area yang telah dieksplorasi bisa dikembalikan ke kondisi semula atau bahkan ditingkatkan kualitasnya.

Evaluasi berkala terhadap dampak lingkungan dan sosial dari aktivitas penambangan juga merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Dengan melakukan studi dampak lingkungan (AMDAL) secara rutin, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dapat memastikan bahwa kegiatan penambangan tidak mengorbankan keanekaragaman hayati dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat sipil dalam pengawasan dan penegakan hukum sangat diperlukan untuk memastikan bahwa kebijakan ini diimplementasikan dengan baik. Dengan pendekatan yang menyeluruh dan berorientasi pada keberlanjutan, kita dapat mengurangi risiko bencana dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi generasi mendatang.

Perubahan iklim yang menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana semakin menambah urgensi untuk menerapkan strategi mitigasi yang adaptif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang risiko bencana dan cara menghadapinya menjadi sangat penting. Program pelatihan dan simulasi dapat membantu masyarakat lebih siap dan tanggap dalam menghadapi bencana. Di samping itu, perencanaan tata ruang yang memperhatikan risiko bencana juga menjadi kunci untuk mengurangi kerentanan. Pengaturan pembangunan di daerah rawan bencana harus dilakukan secara ketat untuk mencegah timbulnya kerugian yang lebih besar.

Penguatan infrastruktur juga merupakan langkah krusial dalam mitigasi, seperti membangun tanggul dan saluran drainase untuk mengurangi dampak banjir dan tanah longsor. Selain itu, kolaborasi antar-pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat, sangat penting dalam merencanakan dan melaksanakan program mitigasi. Dengan melibatkan berbagai pihak, kita dapat memastikan bahwa setiap aspek dari mitigasi bencana diperhatikan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. 

Selain itu, penting untuk menerapkan teknologi canggih dalam pembangunan infrastruktur, seperti sistem pemantauan cuaca dan peringatan dini, yang dapat memberikan informasi real-time kepada masyarakat tentang potensi bencana. Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, dapat mengurangi risiko dan melindungi masyarakat serta lingkungan, menciptakan ketahanan yang lebih baik terhadap bencana di masa depan.

Secara keseluruhan, mitigasi bencana adalah langkah yang sangat penting dalam menghadapi ancaman bencana alam di kawasan Sukabumi Selatan. Investasi dalam mitigasi bencana bukan hanya tentang mengurangi kerugian, tetapi juga tentang membangun ketahanan dan keberlanjutan bagi generasi mendatang. Semua pihak perlu bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan, sehingga masyarakat dapat hidup dengan lebih tenang dan terlindungi dari ancaman bencana. Kerusakan lingkungan akibat penambangan harus menjadi perhatian serius dalam upaya mitigasi, dan penerapan kebijakan tata kelola lahan serta perizinan pertambangan yang ketat menjadi langkah fundamental untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah potensi bencana.(*)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua