Blak-Blakan Koh Dennis: Kenapa Judi Online Susah Diberantas? Podcast Novel Baswedan Buka Suara!

Blak-Blakan Koh Dennis: Kenapa Judi Online Susah Diberantas? Podcast Novel Baswedan Buka Suara! (Sumber Foto Youtube Novel Baswedan)
PASUNDAN EKSPRES- Podcast Novel Baswedan kali ini menghadirkan Koh Dennis Lim, yang membongkar seluk-beluk bisnis judi online.
Dalam obrolan yang santai namun penuh fakta mengejutkan.
Koh Dennis mengungkap sisi gelap bagaimana jaringan judi online beroperasi, termasuk sulitnya pemberantasan akibat "kerja sama" dengan oknum tertentu.
Kenapa Judi Online Sulit Diberantas?
BACA JUGA: Lirik Lagu poppop - NCT WISH, Easy Listening!
Menurut Koh Dennis, kunci utama keberlangsungan bisnis judi online adalah kolaborasi dengan oknum aparat. Ia menggambarkan situasi ini dengan blak-blakan.
“Kalau buka usaha judi cuma kerja sama dengan sipil, capek. Yang paling enak ya dengan oknum aparat.”
Pola kerjanya? Mulai dari membiayai sekolah anak oknum hingga memberikan "upeti".
Bahkan, upeti tersebut sering kali jadi alasan penggerebekan sekadar formalitas atau malah alat untuk "mengamankan" duit para bandar.
BACA JUGA: Harga Tiket Konser Jay Park Serenades & Body Rolls di Jakarta, Mulai Rp 1,3 Juta
Koh Dennis mengungkap modus lama sebelum era judi online. Dulu, transaksi dilakukan secara tunai.
Jika kasino atau tempat perjudian terlalu banyak kalah karena pengaruh magnet di rolet atau ketidak tepatan dealer membagikan kartu mereka langsung menghubungi aparat untuk "penggerebekan".
“Orang menang besar, duit cash sudah di mobil. Tinggal telepon grebek, selesai.”
Alih-alih menghentikan operasional, penggerebekan ini lebih kepada cara untuk melindungi aset dan bandar tetap melenggang bebas.
Koh Dennis menyebutkan, siapa saja bisa menjadi bandar judi online dengan modal minim.
Cukup menyewa ruangan, pasang internet, beli laptop, dan menyewa jasa IT untuk membuat situs. Bahkan, operasional sering dilakukan di luar negeri seperti Kamboja.
“Modal segini, tinggal bikin website, isi database, sebar link. Udah jalan.”
Selain itu, Koh Dennis menyoroti sistem lokalisasi di luar negeri, di mana pihak yang menyewa gedung bisa mendapatkan perlindungan tambahan asal membayar lisensi atau upeti.