PASUNDAN EKSPRES- Korea Selatan, yang sering digambarkan penuh romantisme ala drama Korea, sebenarnya menghadapi masalah serius di dunia nyata.
Tingkat pernikahan dan kelahiran di negara ini rendah, sementara angka perceraian tinggi.
Banyak generasi muda, terutama wanita, memilih untuk tidak menikah atau memiliki anak, terutama karena masalah keuangan dan tekanan pekerjaan.
Dampak dari penurunan populasi ini besar ekonomi Korea bisa terganggu karena jumlah generasi muda yang sedikit harus menanggung beban sosial generasi tua yang semakin banyak.
Meski pemerintah telah mengalokasikan ratusan miliar dolar untuk mendorong angka kelahiran.
Termasuk subsidi perumahan, pembebasan pajak, dan acara perjodohan, hasilnya belum efektif.
Selain itu, ekonomi Korea dikuasai oleh keluarga konglomerat atau chaebol, seperti Samsung dan Hyundai.
Meskipun mereka berkontribusi besar terhadap ekonomi, dominasi mereka dianggap membatasi peluang bagi usaha kecil, yang diperlukan untuk stabilitas jangka panjang.
Jika masalah ini terus berlanjut, Korea Selatan menghadapi risiko angkatan kerja yang semakin sedikit dan populasi lansia yang semakin banyak.
Sehingga perlu kebijakan yang lebih menyeluruh dan berfokus pada kesejahteraan generasi muda.