Opini

Potensi Ekowisata Candi Gedung Songo

opini

Perpaduan Nuansa Sejarah dan Kondisi Geografis yang Memukau

Oleh:

1.Dr. Rohman Hakim, S.Si., M.Si
(Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta & Anggota Ikatan Pengendali Ekosistem Hutan Indonesia)

2.Drs.Priyono,MSi (Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Candi Gedong Songo secara geografis berada pada 7°12'2,340"-7°12' 38,232" LS dan 110° 20' 24,72" -110°20'39,156" BT. Warisan budaya ini merupakan komplek ekowisata yang ada di kaki Gunung Ungaran tepatnya di Dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang yang dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provisi Jawa Tengah. Perjalanan ke objek wisata Candi Gedong Songo bila ditempuh dari Kota Ambarawa sejauh 9 km, dan 12 km bila ditempuh dari Kota Ungaran. Candi Gedung Songo mejadi salah satu objek ekowisata primadona Kabupaten Semarang.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Propvinsi, data pengunjung Candi Gedong Songo semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2023 jumlah wisatawan domestik sebesar 358.159 jiwa, wisatawan mancanegara sebesar 1.157 dan dapat meraup pendapatan sebesar 4.171.075.000 rupiah. Animo wisatawan Gedong Songo termasuk besar, hal ini dikarenakan adanya perpaduan antara kondisi geografis yang memukau berupa lereng pegunungan dan pemandangan alam yang ciamik di atas pegunungan serta adanya daya tarik bernuansa sejarah berupa komplek Candi Gedung Songo yang sangat menakjubkan. Candi Gedong Songo termasuk salah satu peninggalan budaya Hindu dari jaman Dinasti Syeilendra pada abad X, tepatnya tahun 927 Masehi. 

Obyek wisata Candi Gedong Songo merupakan cagar budaya/purbakala berupa candi-candi yang berjumlah sembilan bangunan candi. Menurut riwayat, candi di Gunung Ungaran ini dinamakan Candi Gedong Songo karena di komplek tersebut ditemukan sembilan kelompok bangunan candi. Gedong, dalam Bahasa Jawa berarti bangunan atau rumah, songo berarti sembilan, sehingga Candi Gedong Songo berarti sembilan bangunan atau sembilan rumah. Dari sembilan candi tersebut yang masih utuh hanya lima, sedangkan empat candi yang lain berupa pondasi dan reruntuhan bangunan.  Kelima kelompok bangunan yang masih berdiri letaknya terpencar, dimulai dari Gedong I yang terletak paling bawah dan berakhir dengan Gedong V yang terletak paling atas. Wisatawan tentu saja dapat menikmati seluruh Gedong Songo.

Bangunan candi terbagi tiga bagian yaitu kaki, tubuh dan atap bangunan. Bilik candi berdenah bujur sangkar dan tengahnya terdapat yoni atau patung Dewa Siwa. Pada bagian dalam dinding bilik terdapat relung-relung, yang pada saat ini sudah tidak ada arcanya. Sebuah mahakarya seni nenek moyang kita yang sangat menakjubkan.

Di lokasi Gedong II, wisatawan dapat melihat dua buah bangunan yaitu satu bangunan induk berhadapan dengan sebuah candi perwara yang telah runtuh. Dari bangunan yang masih utuh dapat diketahui bahwa bingkai candi dihiasi dengan pelipit-pelipit yang menonjol keluar. Pada dinding candi sisi luar terdapat relung-relung berbentuk kurung kurawal yang dihiasi kalamakara dan bunga-bungaan. Atap candi bertingkat dilengkapi menara-menara sudut. Di tengah bingkai mahkota di setiap sisi terdapat relung-relung kecil pada antefik (hiasan yang umum terdapat pada candi berbentuk segitiga yang biasanya berupa ukiran) dengan hiasan sosok tubuh seorang wanita yang sedang duduk. Di tingkat atap selanjutnya terdapat pula relung kecil pada antefik atau dinding dengan sosok tubuh laki-laki, sedangkan pada tingkat paling atas terdapat antefik tanpa ornamen.

Sementara untuk mencapai Gedong III, wisatawan naik lagi Gedong II. Gedong II ini terdiri dari tiga buah bangunan, yaitu sebuah candi induk yang menghadap ke barat, sebuah candi apit yang terletak di sebelah kanannya, dan sebuah candi perwara yang menghadap ke arah candi induknya. Yang menarik dari Gedong III ini adalah semua relung candi masih ada arcanya. Relung dinding candi sisi utara berisi tiga arca Dhurga Mahisasuramardhini, relung selatan berisi arca Agastya dan relung timur berisi arca Ganeça. Pada dinding sebelah kiri-kanan pintu masuk juga terdapat relung yang juga terdapat arca Nandiswara dan Mahakala. Bilik utama candi saat ini sudah kosong kemungkinan dahulu berisi arca Çiwa Mahadewa atau dalam bentuk lingga yoni. Bagian atap candi bertingkat dan mempunyai hiasan konstruktif berupa menara-menara sudut dan antefik seperti pada Gedong II.

Sementara Antefik padakelompok III ini di dalamnya tidak terdapat pahatan relief tokoh kahyangan. Gedong IV, hanya tinggal sebuah candi induk yang menghadap ke barat. Di sebelah kanan-kiri pintu masuk terdapat relung-relung yang merupakan tempat arca Mahakala dan Nandiswara. Pada dinding luar candi sebelah utara, selatan dan timur terdapat relung-relung yang saat ini sudah tidak ada arcanya. Kelompok V, diperkirakan dahulu terdapat banyak bangunan dan sekarang tinggal sebuah bangunan saja. Candi induk kelompok V ini mempunyai keunikan yaitu pada bagian dalam kaki candi diisi dengan tanah (pada candi-candi yang lain pada bagian kaki candi diisi dengan batu). Kemungkinan hal ini dimaksudkan untuk menghemat batu-batu komponen bangunan. Beberapa arca lepas kini sudah diamankan kemungkinan berasal dari candi gedong V, VI, VII, VIII, dan IX sekarang sudah tidak jelas lagi sisa-sisanya. 

Wisatawan tidak hanya dapat menikmati kelompok-kelompok candi tersebut, namun juga panorama pemandangan di lereng Gunung Ungaran pada ketinggian ketinggian sekitar 1.2001.800 meter di atas permukaan laut. Perbukitan lereng Gunung Ungaran di sekitar Gedong Songo merupakan kawasan hutan dengan didominasi vegetasi pohon pinus. Ekosistem lereng Gunung Ungaran masih relatif terjaga sehingga flora dan faunanya juga masih sangat bervariatif. Terdapat banyak mata air yang dimanfaatkan baik oleh petani dan juga para pelaku ekowisata. Salah satunya adalah Umbul Mukti yang terletak tidak jauh dari komplek Gedong Songo. Oleh karena itu wisatawan juga dapat menikmati sejuknya udara di sekitar Gedong Songo.  

Lokasi Candi Gedong Songo tersebar, membuat pengunjung harus menghitung waktu untuk dapat mengunjungi semua candi. Sarana yang memberi informasi mengenai lokasi candi yang tersedia saat ini hanya satu buah denah dinding yang terletak di dekat pintu masuk. Untuk menuju ke setiap candi, pengunjung dapat berjalan kaki dengan jarak tempuh yang cukup lumayan jauh namun wisatawan dapat juga menyewa kuda, atau bantuan pelaku jasa wisata lainnya. Hal ini menjadi salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kepuasan wisatawan, yaitu informasi mengenai waktu tempuh yang diperlukan. Apabila pengunjung mendapat kepastian mengenai waktu tempuh yang diperlukan maka mereka akan dengan mudah membagi waktu kunjungannya. Oleh karena itu diperlukan sumber informasi yang yang dapat digunakan sebagai panduan perjalanan.

Komplek Gedong Songo juga bisa dijadikan lokasi out bound, cammping ground, dan semacamnya. Hal ini didukung oleh sarana penginapan dan transportasi yang memadai. Terdapat banyak penginapan dan hotel di Kota Bandungan dari penginapan sederhana sampai hotel berbintang. Moda transportasi juga bervariatif dari ojek sampai satle bus, dan jip off rod yang bisa disewa untuk mengantar wisatawan. Selain ekowisata, bagi wisatawan bahkan juga dapat belajar dan dan berinvestasi mengembagkan agrowisata yang masih sangat potensial.

Keberadaan dan kelestarian situs Gedong Songo dan ekosistemnyaperlu dilestarikan, oleh karena itu pengelolaan dan pengembangannya harus mengedepankan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable). Dalam hal pengembangan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (Suistinable Tourism Development), maka harus ditekankan pada pengembangan pariwisata yang menemukan dan mengenali kebutuhan wisatawan, industri pariwisata dan pengelola suatu wisata ikutan yang lainnya tetapi tetap dengan memperhatikan aspek perlindungan terhadap ekosistem. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala telah dibagi Kawasan Candi Gedongsongo kedalam tiga mintakat. Terdiri dari mintakat inti diperuntukkan untuk sembilan situs candi, mintakat penyangga diperuntukkan untuk kawasan penyangga bagi keberadaan situs yang kini dimanfaatkan sebagai area pertamanan hutan dan ladang. Mintakat Pengembangan I yang merupakan tanah milik pemerintah Kabupaten Semarang dimanfaatkan sebagai tempat fasilitas pariwisata untuk kebutuhan wisatawan. Mintakat Pengembangan II menjadi tempat istirahat wisatawan yang kini terdapat warung tenda penyedia jajanan dan camping ground.

Berwisata di keindahan alam seperi di Gedong Songo memiliki manfaat yang sangat baik, tidak hanya sebagai sarana melepas kepenatan dan bersyukur tapi juga sarana mengenal peninggalan kebudayaan masa lampau peradaban manusia hingga kita bisa bertindak lebih arif dan bijaksana, menghargai peninggal sejarah dan tentu saja mejaga kelestarian alam. Semoga. (*)

Tag :
Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua