PASUNDAN EKSPRES- Jika kita bertanya kepada anak-anak Gen-Z tentang motor Kawasaki, kemungkinan besar yang terbayang adalah tipe motor sport dengan harga puluhan atau bahkan ratusan juta rupiah.
Padahal, dua dekade lalu, Kawasaki juga memproduksi motor bebek yang harganya bersaing dengan Honda Supra.
Lantas, mengapa sekarang Kawasaki tidak lagi memproduksi motor bebek dan mengapa motor bebek mereka tidak sebanyak Honda, Yamaha, atau Suzuki di jalanan?
Pada tahun 1961, Kawasaki merilis motor bebek pertama mereka yang dikenal sebagai Kawasaki M5.
Motor ini menjadi motor bebek pertama yang dikembangkan secara mandiri oleh Kawasaki Aircraft Industries, berbeda dengan motor sebelumnya yang dikembangkan bersama partner mereka seperti Meguro dan Meihatsu.
Kesuksesan Honda Super Cub mendorong Kawasaki untuk terjun ke pasar motor bebek, namun mereka tetap menjaga ciri khas dengan desain lebih bulky dan penggunaan kopling manual.
Kawasaki kemudian melanjutkan kiprah motor bebek mereka dengan meluncurkan Kawasaki JOY di Indonesia pada tahun 1982 melalui PT Bintang Terang.
Sayangnya, kiprah ini terganggu karena masalah hukum yang menimpa pemilik PT Bintang Terang, membuat brand Kawasaki di Indonesia sempat terlantar.
Pada era 80-an, pengembangan motor bebek Kawasaki dipindahkan ke Thailand melalui perusahaan joint-venture Glory Kawasaki.
Beberapa produk seperti Cosmo, Tuxedo, K-1 Sport, Raptor, hingga Leo-series diluncurkan di sana.
Di Indonesia, Kawasaki mencoba peruntungan dengan menghadirkan Kawasaki Kaze pada tahun 1995.
Namun, krisis moneter akhir 90-an dan persaingan ketat dengan merek lain membuat langkah Kawasaki semakin berat.
Di tahun 2003, Kawasaki mencoba melawan dominasi Honda, Suzuki, dan Yamaha di pasar motor bebek murah dengan meluncurkan Blitz R dan Blitz Joy.
Sayangnya, meski memiliki desain yang menarik, kedua motor ini tidak mampu menyaingi penjualan kompetitor.
Begitu pula dengan Kawasaki Kaze 125 dan ZX 130 yang diperkenalkan pada tahun 2005, yang meskipun memiliki fitur dan desain baru, tetap kalah bersaing di pasar.
Pada tahun 2007, Kawasaki meluncurkan Kaze Zone 125 dengan harapan dapat bersaing di kelas motor bebek 125cc.
Namun, penjualannya sangat mengecewakan dengan hanya terjual 139 unit pada tahun 2009.
Kawasaki kemudian menghadirkan Athlete 125 pada tahun 2008 dan Athlete Pro pada tahun 2014, namun keduanya tetap tidak mampu mendongkrak penjualan motor bebek Kawasaki di Indonesia.
Begitu pula dengan Kawasaki Edge yang dirilis pada tahun 2009, yang gagal bersaing dengan motor bebek dari merek lain yang lebih inovatif.
Akhirnya, pada tahun 2014, Kawasaki memutuskan untuk menghentikan produksi motor bebek di Indonesia dan fokus pada jenis motor lain seperti Ninja RR Mono, Z250SL, KLX150BF, W175, dan ZX-25R.
Hal ini menjelaskan mengapa motor bebek Kawasaki kini jarang terlihat di jalanan dan mengapa generasi muda tidak banyak mengenal sejarah motor bebek Kawasaki.
Sebenarnya, kualitas motor bebek Kawasaki tidak kalah dengan kompetitornya. Kualitas sasis, plastik, cat, dan finishing-nya sangat baik.
Namun, kurangnya inovasi, strategi pemasaran yang lemah, dan jaringan 3S yang kalah saing membuat motor bebek Kawasaki sulit bertahan di pasar.
Uniknya, spare part motor bebek Kawasaki justru lebih laris untuk modifikasi motor lain, baik di Indonesia maupun Thailand.
Kini, Kawasaki telah berubah dan lebih berani membuka pasar baru dengan produk-produk inovatif.
Meski demikian, peninggalan era motor bebek mereka masih terasa dalam lambatnya inovasi teknologi untuk motor yang diproduksi secara lokal di sini.