PASUNDAN EKSPRES- Kalian sadar nggak sih, makin ke sini makin banyak orang yang hidupnya dikendalikan oleh media sosial, terutama TikTok?
Coba deh bayangin, berapa kali kalian ngerasa terpengaruh sama standar yang ada di FYP TikTok?
Gue sendiri pernah ngerasa kayak gitu, terutama soal hubungan dan fashion.
Gue jadi ngebandingin cewek gue sama yang ada di FYP, terus ngerasa minder karena nggak bisa beli barang-barang branded.
Ini masalah yang banyak dirasain sama orang-orang di Indonesia sekarang, sampai muncul istilah "disetir FYP."
Jadi, sebenarnya apa sih yang bikin orang bisa disetir FYP? Ternyata, ada penjelasan ilmiahnya, loh!
Teori "Social Comparison" dari psikolog Leon Festinger menjelaskan kalau manusia emang cenderung membandingkan diri dengan orang lain.
Dulu, sebelum ada media sosial, kita cuma ngebandingin diri sama orang-orang di sekitar, kayak teman atau tetangga.
Tapi sekarang, gara-gara media sosial, kita jadi ngebandingin diri sama ratusan, bahkan ribuan orang yang mungkin nggak kita kenal sama sekali.
Lebih parahnya lagi, ada teori "Highlight Reel Effect" yang bilang kalau yang di-upload di media sosial itu hampir pasti cuma momen-momen terbaik seseorang.
Jadi, kita ngerasa orang lain hidupnya sempurna, padahal belum tentu. Inilah yang bikin kita punya standar hidup yang nggak realistis dan berlebihan.
Misalnya, ada yang punya ekspektasi tinggi terhadap pasangan, tapi lupa sama realita diri sendiri.
Punya standar tinggi emang nggak salah, tapi kalau cuma berharap tanpa usaha, itu namanya "mental benalu" alias pengen enaknya doang.
Akhirnya, malah bikin diri sendiri depresi karena nggak pernah merasa cukup.
Nggak cuma itu, ada juga yang namanya "Fear of Missing Out" (FOMO), yang bikin kita nggak mau ketinggalan tren.
Jadi, makin banyak deh standar hidup yang nggak realistis gara-gara sering lihat postingan orang lain di media sosial.
Dan ini yang bikin depresi makin marak, karena kita jadi sering ngerasa nggak bahagia atau kurang puas sama hidup sendiri.
Kalian pernah ngerasa kayak gitu? Atau mungkin tanpa sadar, gara-gara media sosial, kalian jadi susah bahagia belakangan ini?
Coba deh, bandingin hidup kalian sebelum dan sesudah ada media sosial.
Menurut data World Happiness Report tahun 2019, kebahagiaan orang-orang di seluruh dunia turun gara-gara media sosial.
Bahkan, sebuah studi dari American Journal of Epidemiology tahun 2017 bilang kalau penggunaan media sosial yang berlebihan bisa bikin kesehatan mental menurun.
Jadi, kalau kalian ngerasa hidup belakangan ini kayak hampa dan sering sedih, coba cek deh, berapa lama waktu yang kalian habiskan di media sosial setiap harinya.
Siapa tahu, itu yang bikin kalian jadi nggak bahagia. Hati-hati ya, jangan sampai hidup kalian jadi dikendalikan sama FYP!