PASUNDAN EKSPRES- Saat ini, banyak orang Indonesia yang mendambakan motor matic dengan body besar.
Hal ini membuat para produsen motor berlomba-lomba menciptakan motor matic yang gagah dan fungsional.
Lihat saja Honda dengan PCX-nya, motor ini terkenal laku banget. Belum lagi Yamaha Nmax, dari generasi pertama hingga varian turbo, sukses banget di pasaran.
Tapi, ada satu masalah yang sering dihadapi pengguna motor-motor tersebut deck yang nggak rata.
Jadi, buat kegiatan sehari-hari seperti angkut galon, motor-motor ini bikin ribet. Nah, Yamaha ternyata menyadari hal ini.
Mereka mencoba menghadirkan motor besar dengan deck rata yang lebih cocok untuk kebutuhan harian orang Indonesia, dan lahirlah Yamaha Lexi 125.
Desainnya mirip Nmax, mesinnya setipe dengan Mio, dan yang paling penting, deck-nya rata!
Harganya juga lebih terjangkau. Namun, sayangnya, Lexi nggak sepopuler saudaranya seperti Nmax atau Aerox.
1. Pertanyaannya, kenapa ya Lexi kurang laku?
Masalah Mesin dan Tenaga
Yamaha Lexi hadir dengan mesin 125cc, tapi sayangnya, motor ini dianggap kurang bertenaga kalau dipakai touring bareng motor besar lainnya.
Ya, wajar aja, motor gede harusnya dibarengi dengan tenaga yang gede juga.
Selain itu, kapasitas bagasi Lexi terbilang kecil banget. Padahal, motor di kelas Maxi biasanya punya bagasi yang luas dan jok yang lebar.
2. Desain yang Kurang Menarik
Masalah utama lainnya adalah desainnya. Meskipun desain itu soal selera, banyak orang yang menganggap tampilan Lexi nggak terlalu menarik.
Jarak antara batok lampu dan spakbor depan terlalu jauh, bikin motor ini terlihat agak aneh dari depan.
Ditambah lagi, banyak yang merasa lampu belakangnya mirip banget sama Mio, bikin motor ini kurang terasa spesial.
3. Masalah Bensin dan Kenyamanan
Meski mesinnya cuma 125cc, Lexi butuh bensin beroktan tinggi karena kompresi mesinnya cukup besar.
Ini bikin banyak orang males, karena motor dengan cc kecil harusnya nggak perlu bensin mahal.
Selain itu, posisi berkendaranya juga dikeluhkan banyak pengguna. Tinggi jok yang mencapai 785mm bikin beberapa orang susah menapak dengan nyaman saat berhenti.
4. Kenapa Yamaha Lexi 155 Juga Kurang Laku?
Melihat Lexi 125 nggak begitu sukses, Yamaha mencoba meningkatkan spesifikasi dengan menghadirkan Lexi 155 VVA.
Tenaganya lebih besar, dan secara teknologi sudah lebih baik dari versi sebelumnya.
Namun, lagi-lagi, motor ini nggak berhasil mendominasi pasar. Salah satu alasannya adalah desainnya yang dinilai nanggung dan kurang cocok untuk pasar Indonesia.
Di Eropa, Lexi mungkin populer karena lebih mengutamakan fungsi. Tapi di Indonesia, estetik masih nomor satu.
Lagipula, angkat galon masih bisa pakai tangan, kan?
5. Suspensi dan Rem yang Kurang Optimal
Suspensi depan yang masih menggunakan teleskopik dan suspensi belakang dengan unit swing membuat kenyamanan berkendara di jalan bergelombang atau berlubang jadi kurang optimal.
Sistem pengeremannya juga nggak terlalu impresif, meskipun sudah dilengkapi rem cakram di depan.
Di bagian belakang, motor ini masih pakai rem tromol, yang menurut beberapa pengguna, kurang memadai untuk motor sebesar Lexi.
Kesimpulan secara keseluruhan, Yamaha Lexi sebenarnya punya potensi besar.
Desain yang berorientasi pada fungsi, deck rata, dan harga yang terjangkau membuat motor ini cocok untuk kebutuhan harian.
Namun, kelemahan di sektor desain, tenaga mesin, dan beberapa fitur kenyamanan membuat motor ini kalah bersaing dengan motor-motor lain di kelasnya.
Bagi kamu yang lebih mengutamakan estetika dan performa, mungkin Lexi masih belum jadi pilihan utama.